Jumat, 14 Februari 2014

“SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM”



READING REPORT
“SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM”
Karangan: Hanun Asrohah, M.Ag.
Penerbit/ tahun terbit: PT Logos Wacana Ilmu/ 1999

Tugas ini disusun guna memenuhi tugas UAS
Dosen Pengampu           : Slamet Untung, MA.
Mata kuliah                    : Sejarah Pendidikan Islam
Kelas                              : F



Disusun Oleh :
LAILA ZULFA
Nim: 2021 111 238



SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
TAHUN AJARAN
2012



ISI
            Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah penghulu para Nabi dan Rasul, Nabi kita Muhammad saw. beserta para keluarga dan sahabatnya semua.
            Saya akan sedikit menjelaskan sedikit mengenai isi buku yang saya jadikan bahan Laporan Membaca (Reading Report) yakni buku “Sejarah Pendidikan Islam” karya Hanun Asrohah.
            Berikut merupakan bagian isi yang selanjutnya sebagai tema dalam analisis,
Pertama, Pendidikan Islam dan Sejarahnya di Masa Awal. Pendidikan islam dimulai sejak diutusnya Nabi Muhammad saw. oleh Allah SWT, sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an, surat al-Mudatsir 74 ayat 1-7. Selanjutnya setelah Nabi wafat, perjuangan mengenai pendidikan islam dilanjutkan oleh para sahabat.
            Setelah Dinasti Umayyah berkuasa, pelaksanaan pendidikan Islam semakin meningkat daripada masa sebelumnya. Dinasti Umayyah telah meletakkan dasar-dasar bagi kemajuan pendidikan dan pemikiran di masa Dinasti Abbasiyyah. Karena usahanya inilah, Philip K. Hitti mengatakan bahwa masa Dinasti Umayyah adalah “inkubasi” atau masa tunas bagi perkembangan intelektual islam.
Kedua, Islam dan Pemikiran Hellenisme. Pemikiran Yunani yang ditransfer ke dalam islam di samping warisan Hellenis, juga warisan intelektual Hellenistik, yang keduanya di sini disebut dengan Hellenisme. Pengaruh Hellenisme membawa pengaruh besar bagi kemajuan pendidikan Islam pada saat itu. Di mana terjadi transfer ilmu dari bangsa-bangsa yang sudah berkebudayaan tinggi seperti Persia, Romawi, Yunani, dan India, dengan cara menterjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Arab.
Ketiga, Pengaruh Hellenistik dan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam sebelum Kebangkitan Madrasah. Tidak dapat dielakkan lagi bahwa penerjemahan karya-karya pemikiran Yunani telah menyebabkan semaraknya dunia pendidikan Islam di masa Klasik. Walaupun pendidikan di masa Klasik tidak sekompleks pendidikan modern, pendidikan islam di masa Klasik dapat dikatakan maju bahkan dianggap telah mencapai masa keemasan dalam sepanjang sejarah. Sejak permulaan penerjemahan karya-karya pemikiran Yunani, pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat baik dalam materi pengajarannya (kurikulum) maupun lembaga pendidikan.
Keempat, Sistem Pendidikan Islam pada Masa Kejayaan. Rasa cinta umat Islam akan pengetahuan, menimbulkan kebutuhan untuk mengembangkan pendidikan dengan mendirikan institusi-institusi untuk mengajarkan dan mengembangkan ilmu. Dengan dipelopori oleh penguasa-penguasa Islam yang cinta ilmu, seperti Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun, berdirilah lembaga-lembaga pendidikan untuk kegiatan keilmuan, seperti kegiatan penerjemahan yang didirikan oleh Harun al-Rasyid, yang di zaman al-Ma’mun kegiatannya semakin sempurna sehingga menyebabkan didirikannya Bait al-Hikmah.
Kelima, Kebangkitan Madrasah. Semakin banyaknya umat islam yang tertarik untuk menuntut ilmu, sehingga membuat mesjid penuh dan tidak muat untuk menampung murid-murid yang belajar mendorong lahirnya bentuk lembaga pendidikan baru. Perkembangan bentuk lembaga ini melalui tiga tahap, yaitu dari mesjid ke mesjid khan, kemudian menjadi madrasah.
            Antara madrasah dan lembaga-lembaga pendidikan sebelumnya mempunyai perbedaan. Lembaga – lembaga pendidikan sebelum madrasah tidak diatur secara administrative, sedangkan madrasah memiliki administrasi yang teratur dan rapi.
Keenam, Pembaruan Pendidikan Islam. Pada abad ke-19 umat islam telah terbangun dan sadar dari keterbelakangan umat islam disbanding bangsa Eropa. Mulailah mereka menata dan memperbaiki segala kekurangan dalam diri mereka, seperti bidang politik, militer, kegiatan intelektual, dan sebagainya. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan umat dituntut perannya bagi pembaruan islam.
Ketujuh, Pendidikan Islam di Indonesia. Dari sekian perkiraan, kebanyakan menetapkan bahwa kontak Indonesia dengan Islam terjadi sejak abad ke-7. Pendidikan Islam dibawa ke Indonesia oleh para ulama yang bertujuan menyebarkan dan mengajar penduduk setempat mengenai Islam. Selain ulama, para pedagang dari Gujarat yang datang  ke Nusantara juga membawa pengetahuan mengenai ajaran Islam.
Kedelapan, Integrasi Pendidikan Islam ke dalam Sistem Pendidikan Nasional. Indonesia merupakan negara yang berdasarkan agama, pendidikan agama tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Umat beragama beserta lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar dan sebagai modal dasar dalam pembangunan mental spiritual bangsa dan merupakan potensi nasional untuk pembangunan fisik materiil bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat adil dan makmur berdasarkanPancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, agama tidak dapat dipisahkan dengan penyelenggaraan pendidikan nasional Indonesia.








PENDAHULUAN
            Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia untuk menghadapi kelangsungan hidupnya hingga masa depan. Pendidikan dituntut untuk dapat mengantarkan manusia pada kehidupan yang sesungguhnya. Pendidikan yang dikenal dewasa ini tidak hanya mencakup secara umum tetapi juga spesifik kepada pendidikan Islam. Dimana pendidikan Islam dituntut untuk dapat mencetak generasi-generasi penerus yang handal baik dalam ilmu pendidikan umum maupun agama.
            Pendidikan diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban. Tidak ada satu prestasi pun tanpa peranan pendidikan. Kejayaan Islam pada masa klasik, yang telah meninggalkan jejak kebesaran Islam di bidang ekonomi, politik, intelektualisme, tradisi-tradisi, keagamaan, seni dan sebaginya, tidak terlepas dari dunia pendidikan. Begitu pula dengan kemunduran pendidikan Islam, telah membawa Islam berkubang dalam kemunduran.
            Dengan mempelajari kehidupan masa lampau umat Islam, membantu kita memahami sebab-sebab kemajuan dan kemunduran pendidikan Islam. Pemahaman tersebut dapat dijadikan sebagai alat berpijak untuk mengembangkan pendidikan Islam di masa sekarang, dengan mengambil yang baik, dan membuang kesalahan-kesalahan pada masa lampau. Ada pepatah yang mengatakan “Jangan sekali-kali meninggalkan Sejarah” atau “Belajarlah dari Sejarah”. Oleh karena itu, untuk mencapai kemajuan pendidikan Islam sekarang dan untuk memecahkan   persoalan-persoalan pendidikan Islam, kita harus mempelajari Historical Islam, khususnya yang menyangkut dengan dunia pendidikan Islam. Menurut Simuh sebagaimana telah dikutip oleh Hanun Asrohah dalam bukunya, untuk kemajuan pendidikan, umat Islam harus memiliki sense of history, dengan berpijak pada kenyataan yang benar-benar ada, tidak hanya berpijak pada normatif Islam sehingga pendidikan agama baru berdiri dengan satu kaki saja.
            Sejarah pendidikan Islam meliputi keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan Islam dari waktu ke waktu yangh lain, sejak zaman lahirnya Islam sampai saat ini, atau dapat dirumuskan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan Pendidikan Islam, baik dari segi ide dan konsepsi, maupun dari segi institusi dan operasionalisasi sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai sekarang. Dalam buku ‘Sejarah Pendidikan Islam’ karya Hanun Asrohah yang saya jadikan sebagai hasil Laporan membaca (reading report ) ini, aspek-aspek yang dibahas meliputi  sejarah pendidikan Islam di dunia Islam masa klasik sampai abad modern, termasuk di dalamnya sejarah pendidikan Islam di Indonesia , mulai perkembanganawal hingga sekarang.
            Meskipun laporan membaca (reading report) buku ‘Sejarah Pendidikan Islam’ karya Hanun Asrohah ini telah diupayakan semaksimal mungkinnn, namun penulis menyadari bahwa didalamnya masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada Bapak Slamet Untung dimohon untuk berkenan memberikan saran kritik. Semoga laporan membaca (reading report) ini dapat bermanfaat. Amiin










ANALISIS
A.      Pendidikan Islam dan Sejarahnya Di Masa Awal
1.    Kedudukan Pendidikan dalam Islam
                             Pendidikan adalah sesuatu yang esensial bagi manusia. Melalui pendidikan, manusia bisa belajar menghadapi alam semesta demi mempertahankan kehidupannya. Kerena pentingnya pendidikan, Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang penting dan tinggi dalam doktrin Islam. Hal ini bisa dilihat dalam al-Qur’an dan hadits yang banyak menjelaskan tentang arti pendidikan bagi kehidupan umat Islam sebagai hamba Allah.
     Berikut hadits Nabi yang mendorong umat Islam untuk senantiasa menuntut ilmu sebagaimana telah dikutip oleh Hanun Asrohah dari kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din karangan Imam Ghozali: 
العلم خزائن مفاتيحهاالسّؤال فاسألوافإنّه يؤجرفيه أربعةالسّئل والعالم والمستمع والمحبّ لهم
     “Pengetahuan itu laksana gudang-gudang barang berharga. Kuncinya adalah bertanya. Bertanyalah (jika kamu tidak tahu), karena empat orang yang akan diberi pahala adalah orang yang bertanya, guru, orang yang mendengar (penuntut ilmu), dan orang yang mencintai mereka,”

     “orang yang paling berilmu adalah yang mengumpulkan ilmu dari yang lain kepada ilmunya; orang yang paling berharga adalah yang paling banyak ilmunya dan yang paling hina adalah yang paling bodoh”.
2.    Pengertian Sejarah dalam Islam
                        Munculnya ilmu pendidikan, telah memotivasi umat Islam untuk menelusuri perjalanan sejarah pendidikan Islam. Teori-teori yang berkaitan dalam dunia pendidikan besar kegunaannya dalam mengumpulkan fakta-fakta sejarah yang selanjutnya menempatkan fakta-fakta tersebut dalam konteks sejarahnya, sehingga pembahasan sejarah pendidikan tidak sekedar menempatkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perkembangan dan perjalanan pendidikan  Islam sesuai dengan  urutan-urutan peristiwa atau annals. Lebih dari itu, sejarah pendidikan Islam menuntut pengungkapan realitas social Muslim untuk menjawab “bagaimana suatu peristiwa bisa terjadi?” Dalam keadaan demikian, analisa politik, ekonomi, dan mobilitas social, sangat membantu sekali. Teori tentang sistem pendidikan, misalnya, dapat membantu mengumpulkan fakta-fakta sejarah tentang pendidikan Islam.
3.    Pentingnya Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam
                        Dari mengkaji sejarah kita bisa memperoleh informasi tentang pelaksanaan pendidikan Islam dari zaman Rasulullah sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran dan kebangkitan kembali dari pendidikan Islam. Dari sejarah dapat diketahui bagaimana yang terjadi dalam penyelengaraan pendidikan Islam dengan segala ide, konsep, institusi, sistem, dan operasionalnya yang terjadi dari waktu ke waktu.
4.    Perkembangan Pendidikan Islam di Masa Awal
                        Menurut Soekarno dan Ahmad Supardi, pendidikan Islam terjadi sejak Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul Allah di Mekah dan beliau sendiri sebagai gurunya.
                        Pada masa Nabi, negara Islam meliputi seluruh Jazirah Arab dan pendidikan Islam berpusat di Madinah. Setelah Rasulullah wafat, kekuasaan pemerintah Islam secara bergantian dipegang oleh Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Usman bin Affan, dan Ali ibn Abi Thalib. Pada masa empat khalifah ini wilayah Islam telah meluas di luar jazirah Arab, yang meliputi Mesir, Persia, Syiria dan Irak. Para khalifah ini disamping memikirkan perluasan wilayah Islam juga memberikan perhatian pada pendidikan demi syiarnya agama dan kokohnya negara Islam.

B.       Islam dan Pemikiran Hellenisme
     Ketika Islam lahir, bangsa  Arab dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang berkebudayaan tinggi dan megah, seperti Persia, Romawi, Yunani, dan India. Sebagai masyarakat yang baru lahir, jika Islam hendak memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi, maka harus mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa lain yang jauh lebih maju. Usaha ini telah dilakukan umat Islam di zaman klasik, khususnya sejak masa Dinasti Umayyah dan mencapai puncak kejayaannya pada masa Dinasti Abassiyyah. Adopsi kebudayaan bangsa-bangsa lain ke dalam Islam lebih banyak berupa transmisi keilmuan bangsa lain ke dalam Islam dengan menggunakan pendidikan sebagai medianya, misalnya dengan mempelajari secara langsung peradaban bangsa lain. cara lainnya adalah dengan menerjemahkan literature-literatur non-Islam. Cara inilah yang mebuat pendidikan Islam berkembang dengan munculnya lembaga penerjemahan, seperti Bait al-Hikmah dan sekolah-sekolah penerjemahan. Penerjemahan tersebut kemudian menggugah rasa tertarik umat Islam untuk mempelajarinya dengan mengambil hal-hal yang sesuai dengan ajaran Islam.selanjunya mereka mengembangkannya menjadi karya-karya yang asli milik umat Islam.
     Transmisi keilmuan non Islam yang dilakukan oleh umat Islam pada zaman klasik sebagian besar berupa pemikiran warisan Yunani. Walaupun ada juga pemikiran dari India, tetapi kebudayaan Yunanilah yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan peradaban Islam.

C.      Pengaruh Hellenistik dan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam sebelum Kebangkitan Madrasah
1.    Pengaruh Hellenisme terhadap Pendidikan Islam sebelum Kebangkitan Madrasah
                        Sejak penerjemahan buku-buku Yunani, kurikulu dalam pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat. Lembaga-lembaga pendidikan yang sebelumnya hanya mengajarkan pengetahuan agama, mulai mengajarkan ilmu pengetahuan, seperti matematika, filsafat, dan kedokteran. Misalnya, di Kuttab, yaitu salah satu dari lembaga pendidikan tingkat dasar, pada abad pertama masa Islam hanya mengajarkan pelajaran membaca dan menulis, kemudian diajarkan pula pendidikan keagamaan. Sejak abad ke-8 M, Kuttab mulai mengajarkan pelajaran ilmu pengetahuan di samping ilmu agama. Tidak diragukan lagi, semua ini disebabkan setelah adanya kontak antara Islam dengan warisan budaya Hellenisme.
a.    Maktab/Kuttab
        Kebanyakan ahlis sejarah sepakat bahwa Mktab/Kuttab adalah lembaga pendidikan dasar.
b.    Halaqah
        Halaqah artinya lingkaran. Lembag ini secara umum dikenal dengan sistem halaqah. Sang guru biasanya duduk di ats lantai sambil menerangkan, membacakan kerangannya, atau komentar orang lain terhadap suatu karya pemikiran. Murid-muridnya akan mendengarkan penjelasan guru dengan duduk diatas lantai, yang melingkari gurunya.
c.    Majlis
        Majlis adalah isim makan – kata yang menunjukkan arti tempat – dari kata kerja (fi’il) jalasa artinya duduk, sinonim dengan kata qo’ada. Jalasa mengacu kepada keadaan duduk setelah melakukan kegiatan lain, seperti tidur dan berbaring
d.    Mesjid
Mesjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah ada sejak Nabi. Mesjid berfungsi sebagai tempat bersosialisasi, tempat ibadah, tempat pengadilan dan sebagainya.
e.    Khan
Khan mempunyai beberapa fungsi pada masa klasik. Di kota khan difungsikan sebagai penyimpanan barang-barang dalam jumlah besaratau sebagai sarana komersial yang memiliki banyak toko. Selain fungsi di atas, khan juga digunakan sebagai asrama untuk murid-murid dari luar kota yang hendak belajar hukum Islam di suatu mesjid.
f.     Ribath
Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan mengkonsentrasikan diri untuk ibadah semata-mata.
g.    Rumah-rumah Ulama
Rumah-rumah ulama juga memainkan peranan penting dalam mentransmisikan ilmu agama dan pengetahuan umum. Sebagai tempat transmisi keilmuan, rumah muncul lebih awal daripada mesjid. Sebelum mesjid dibangun ketika di Mekkah Rasulullah menggunakan rumah al-Arqam sebagai tempat memberikan pelajaran bagi kaum muslimin.
h.   Toko-toko Buku dan Perpustakaan
Di took-toko buku tidak hanya dijual buku-buku demi mencari keuntungan, tetapi took-toko buku ini juga digunakan sebagai gelanggang bagi pelajar-pelajar dan ulama berdiskusi (Asrohah, 1999:68)
i.      Observatorium dan Rumah Sakit
Sejumlah rumah sakit yang dibangun oleh penguasa juga menjadi lembaga transmisi ilmu kedokteran.

D.      SISTEM PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN
Pendidikan Islam mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Dimana saat itu tejadi penerjemahan-penerjemahan buku dari negara yang sudah berkebudayaan tinggi seperti Persia, Romawi, Yunani, dan India. Selain itu penguasa yang memimpin juga sangat cinta akan ilmu seperti Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun. sehingga sitem pendidikan pada saat itu sangat diperhatikan oleh para penguasa saat itu.
1.    Kurikulum
        Kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam di masa klasik pada mulanya berkisar pada bidang studi tertentu. Namun seiring perkembangan social dan kultural, materi kurikulum semakin luas. Pada masa Nabi d Madinah, materi pelajaran berkisar pada belajar menulis, membaca al-Qur’an, keimanan, ibadah, akhalak, dasar ekonomi, dasar politik, dan kesatuan.
                        Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al-Qur’an dan agama, membaca, menulis, dan syair. Setelah wilayah Islam semakin luas, silam harus bersentuhan dengan budaya non-Islam yang menyebabkan permasalahan social semakin kompleks. Perkembangan kehidupan intelektual dan kehidupan keagamaan dalam Islam membawa situasi lain bagi kurikulum pendidikan Islam. Maka, diajarkanlah ilmu-ilmu baru seperti tafsir, hadis, fikih, tata bahasa, sastra, matematika, teologi, filsafat, astronomi, dan kedokteran.
2.    Metode pengajaran
                        Metode pengajaran yang dipakai di masa Dinasti Abbasiyyah dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu lisan, hafalan dan tulisan. Metode lisan bisa berupa dikte, ceramah, qira’ah, dan diskusi. Dikte (imla’) adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang dianggap baik dan aman karena pelajar mempunyai catatan. Jika  daya ingat pelajar tidak kuat, catatan bisa membantunya.
3.    Kehidupan Murid
                        Begitu mengesankan hubungan guru dan murid pada masa klasik. Hubungan guru dan murid tidah hanya sebatas yang berkaitan dengan transmisi keilmuan dan pembentukan perilaku si murid. Sangat besar perhatian guru kepada murid-muridnya.
4.    Rihlah ilmiyah
                        Salah satu cirri yang paling menarik dalam pendidikan Islam di masa klasik adalah sistem rihlah ilmiah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu.
5.    Wakaf
                        Menurut Syalabi sebagaimana dikutip oleh Hanun Asrohah, bahwa Khalifah al-Ma’mun adalah orang yang pertama kali mengemukakan pendapat tentang pembentukan badan wakaf. Ia berpendapat bahwa kelangsungan kegiatan keilmuan tidak tergantung pada subsidi negara dan kedermawanan penguasa-penguasa, tetapi juga membutuhkan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama negara menanggung biaya pelaksanaan pendidikan.
6.    Kondisi Politik dan Hubungannya dengan Maju mundurnya Pendidika Islam
                        Pendidikan sebagai suatu sistem, tidak bisa dipisahkan dari kondisi politik. Antara politik dan pendidikan Islam terjalin hubungan erat. Berubah-ubahnya kebijaksanaan politik dapat memengaruhi pelaksanaan pendidikan silam. Pada masa Dinasti Abbas/klasik, paham-paham keagamaan turut mewarnai situasi politik di dunia Islam. Turun-naiknya berbagai aliran keagamaan dalam pentas politik, membuat berubah-ubahnya kebijaksanaan penguasa, akibatnya pelaksanaan pengajaran dan pendidikan Islam turut terpengaruh.
7.    Pendidikan Islam bagi Wanita
                        Ajaran Islam sesungguhnya tidak membedakan hak antara wanita dan laki-laki untuk menuntut ilmu. Ajaran Islammewajibkan bagi laki-laki Muslim maupun wanita Muslimah untuk menuntut ilmu. Tetapi, dalam praktiknya wanita tidak diberi kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki dalam menuntut ilmu.

E.       KEBANGKITAN MADRASAH
1.      Lahirnya Madrasah
Pada awalnya, madrasah didirikan di beberapa wilayah Islam untuk mendalami bidang studi fikih. Di Nisapur madrasah didirikan oleh ulama fikih untuk mengembangkan mazhabnya. Dari 39 nama madrasah yang dihimpun oleh Richard W. Bulliet, kebanyakan mengajar fikih. Namun begitu, ada juga madrasah yang didirikan untuk mempelajari lebih dari satu mazhab fikih.
2.      Kebangkitan Golongan Sunni dan Madrasah
a.    Gerakan Teologi
     Abad ke-8 sampai ke-10 merupakan abad kejayaan umat Islam di bidang pengetahuan dan pemikiran. Perhatian umat Islam terhadap kegiatan intelektual Islam sangat besar. Disamping ilmu pengetahuan, umat Islam juga memiliki perhatian yang sangat tinggi terhadap pemikiran yang rasional dan filosofis.
     Diantara kelompok rasionalis adalah ahli ilmu kalam. Para teolog banyak menggunakan logika dan metafisika dalam membahas akidah-akidah iman. Pemujaan yang berlebihan terhadap akal, membuat ahl-kalam kurang begitu memperhatikan hadis Nabi. Mereka tidak mau menerima hadis, kecuali hadis mutawatir. Dengan ayat-ayat al-Qur’an yang sekiranya bertentangan dengan akal, mereka takwilkan sehingga sejalan dengan pemikiran kal manusia. Kelompok ini disebut dengan golongan Mu’tazilah.
b.   Mazhab Fikih
     Pada mulanya mazhab fikih dikenal dengan perbedaan geografis, seperti mazhab Kufah, Madinah, Syiria. Kemudian, pada awal abad ke-8 M, lahir paham fikih berdasarkan ulama individu, misalnya murid Abu Hanifah di Kufah, murid Imam Malik di Madinah, dan murid al-Auza’i di Syiria.
3.      Peranan Penguasa terhadap Eksistensi dan Pertumbuhan Madrasah
Kemenangan Bani Saljuk atas Dinasti Buwaihi di Irak dan berhasil memasuki kota Baghdad, merupakan titik awal kemenangan golongan Ahl al-Sunnah terhadap Syi’ah. Sebagai Penguasa, Dinasti Saljuk merasa bertanggungjawab untuk melancarkan propaganda melawan paham Syi’ah yang telah ditanamkan oleh Bani Buwaihi sehingga dapatlah dikikis kepercayaan-kepercayaan yang dianggap sesat dan menyimpang dari pelajran-pelajaran agama yang sebenarnya. Keinginan untuk menghidupkan kembali ajaran Ahl al-Sunnah, mendorong Bani Saljuk untuk meyiarkan ilmu agama yang sebenarnya menurut paham sunni. Kemudian, Nizham al-Mulk mempelopori pendirian-pendirian madrasah-madrasah untuk menghidupkan paham Sunni.

F.       PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM
1.         Kemunduran Pendidikan Islam
          Dalam bukunya Hanun Asrohah, M.M Syarif, sebagaimana dikutip oleh Zuhairini, menjelaskan bahwa gejala kemunduran pendidikan Islam mulai tampak setelah abad ke-13 M. yang ditandai dengan terus melemahnya pemikiran Islam sampai abad ke-18 M.
          Kemuduran  pendidikan Islam pada masa-masa ini, terletak pada merosotnya mutu pendidikan dan pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Lembaga-lembaga pendidikan tidak lagi mengajarkan ilmu-ilmu filosofis, termasuk ilmu pengetahuan. Rasionalisme pun kehilangan peranannya, dalam arti semakin dijauhi.
2.         Pembaharuan Pendidikan Islam
          Pembaharuan pendidikan di dunia Islam pertama kali dimulai di Kerajaan Usmani. Pembaruan di dunia Islam ini tidak berangkat dari kesadaran akan rkualitas pendidikan yang dampaknya dapat  dirasakan pada aspek lainnya. Faktor yang melatarbelakangi gerakan pembaruan pendidikan bermula dari kekalahan-kekalahan Kerajaan Usmani dalam peperangan dengan Eropa.
          Kekalahan demi kekalahan yang dialami Kerajaan Usmani menyebabkan Sultan Ahmad III (1704-1713) amat prihatin. Kemudian ia mulai mengadakan introspeksi diri dengan meneliti dan menyelidiki keunggulan yang dimiliki Barat. Dari itu, tumbuh sikap baru dalam diri Kerajaan Usmani terhadap Brat. Jika sebelumnya Barat dianggap lemah dan kafir di hadapan Islam, kini umat Islam sangat menghargai dan menjalin kerja sama untuk mengejar ketinggalan Islam dengan kemajuan Barat.

G.      PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
1.         Masuk dan  Berkembangnya Islam di Indonesia
          Menurut Hanun, sulit sekali menentukan kapan tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Smapai sekarang belum ada bukti tertulis tentang hal tersebut. Namun, banyak teori yang memperkirakannya. Pada umumnya, teori-teori tersebut dikaitkan dengan jalur pelayaran dan perdagangan antara Dunia Arab dengan Asia Timur. Dari sekian perkiraan, kebanyakan menetapkan bahwa kontak Indonesia dengan Islam terjadi sejak abad ke-7.
          Persoalan lain yang menjadi masalah dalam melacak pengajaran Islam di Nusantara adalah tentang siapa yang memperkenalkan Islam ke Nusantara. Karena itu, muncul teori bahwa Islam dibawa ke Nusantara oleh para pedagang. Teori lain menyatakan bahwa Islam tersebar di Indonesia oleh para ulama (mullah). Sedangkan teori ketiga menyatakan bahwa kekuasaan (konversi) keratin sangat berpengaruh bagi pengIslaman di Nusantara. Masuknya Islam penguasa akan diikuti oleh rakyatnya secara cepat.
2.         Pendidikan Islam di Masa Awal
          Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan mendapat prioritas utama masyarakat Muslim Indonesia. Disamping karena besarnya arti pendidikan, kepentingan Islamisasi mendorong umat Islam melaksanakan pengajaran Islam kendati dalam sistem yang sederhana, dimana pengajaran diberikan denagn sistem halaqah yang dilakukan di tempat-tempat ibadah semacam mesjid, mushola, bahkan juga di rumah-rumah ulama.
3.         Pendidikan Islam pada Masa Belanda
          Pendidikan pada masa kolonial Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan Islam tradisional pada pengetahuan duniawi. Metode yang diterapkan jauh lebih maju dari sistem pendidikan tradisional. Adapun tujuan didirikannya sekolah bagi pribumu adalah untuk mempersiapkan pegawai-pegawai yang bekerja untuk Belanda.
          Pemerintahan Belanda tidak mengakui para lulusan pendidikan tradisional. Mereka tidak bisa bekerja baik di pabrik maupun sebagai tenaga birokrat. 
4.         Pembaharuan Pendidikan Islam
          Berbicara tentang pembaruan pendidikan Islam di Indonesia, mengharuskan kita membhas gerakan-geraka pembaruan pendidikanbaik oleh individu maupun organisasi-organisasi masyarakat Islam. Dan, terlebih dahulu kita menengok kegiatan pembaruan pendidikan Islam di minangkabau karena pentingnya daerah ini dalam memperluas cita-cita pembaruan pendidikan ke luar Minangkabau.
a.    Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau
     Pembaruan pendidikan Islam mulai dirintis oleh murid-murid Syekh Ahmad Khatib, ulama dari Minangkabau yang menetap dan mengajar di Mekkah.
     Diantara tokoh dan pelopor pembaharu pendidikan Islam di Minangkabau adalah Syekh Abdullah Ahmad dari Padang Panjang. Dialah pemilik Surau Jembatan Besi, namun dia lebih tertarik untuk mengelola sekolah-sekolah modern daripada membina suraunya. Pada tahun 1914 ia mempelopori berdirinya “Syarikat Oesaha” karena ia berpandangan bahwa untuk mencapai kemajuan ekonomi  dari pendidikan perlu sebuah organisasi.
b.   Jami’at Khair
     Al-Jami’at al-Khairiyah, yang lebih dikenal dengan nama Jami’at Khair – organisasi yang beranggotakan mayoritas orang-orang Arab – ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Dua program utamanya adalah pendirian dan pembinaan sekolah tingkat dasar, dan kedua, pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan pelajaran. Tampilnya Jamiat Khair dalam gerakan pembaruan pendidikan Islam terasa penting karena organisasi ini termasuk organisasi modern dalam masyarakat Islam waktu itu.
c.    Al-Irsyad
Al-Irsyad adalah pecahan dari organisasi Jamiat Khair. Menurut Steenbrink, pada tahun 1913 telah terjadi perpecahan di kalangan Jamiat Khair mengenai hak istimewa golongan sayyid. Mereka yang tidak setuju dengan kehormatan berlebihan bagi sayyid dikecam dan dicap sebagai reformis dan kemudian mendirikan organisasi Jami’ah al-Islam wa al-Irsyad al-Arabiyah, yang secara umum dikenal dengan al-Irsyad.  Al-Irsyad didirikan pada tahun 1913 dan mendapatkan pengesahan dari Belanda pada tanggal 11 Agustus 1915.
d.   Persyarikatan Ulama
     Persyarikatan Ulama lahir dari gerakan pembaruan Islam di Majalengka, Jawa Barat, yang dimulai pada tahun 1911, atas inisiatif Haji Abdul Halim.
e.    Muhammadiyah
     Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah, dan kemasyarakatan.Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggal 10 Nopember 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan.
     Tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk membebaskan umat Islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupannya, dan praktek-praktek agama yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam.
f.     Persatuan Islam (PERSIS)
     Persatuan Islam (PERSIS) didirikan secara resmi pada tanggal 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok orang Islam yang berminat dalam studi dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh Zam-zam dan Muhammad Yunus.
g.    Nahdlatul Ulama
     Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya tahun 1926 sebagi perluasan dari Komite Hijaz, yang dibangun untuk dua maksud: pertama, untuk mengimbangi Komite Khilafat yang secra berangsur-angsur jatuh ke tangan golongan pembaharu; kedua, untuk berseru kepada Ibnu Sa’ud, penguasa baru di Tanah Arab, agar kebiasaan beragama secara tradisi dapat diteruskan.
5.         Pendidikan Islam di Masa Jepang
          Sejak jepang mengambil alih pendudukan Indonesia dari Belanda. Jepang juga mengadakan perubahan dibidang pendidikan. Hanaya satu jenis sekolah rendah diadakan bagi semua lapisan masyarakat, ialah sekolah rakyat 6 tahun, yang di kenal dengan nama Kokumin Gakkoo. Sekolah-sekolah desa dibiarkan, tetapi namanya diganti menjadi sekolah Pertama.
6.         Pendidikan Islam di Masa Kemerdekaan
          Pasca Indonesia merdeka, melahirkan kehidupan baru disegala bidang, termasuk pendidikan. Sebagai modal dan pedoman pertama bagi rakyat pemerintah di lapangan pendidik, dipergunakanlah Rencana Usaha Pendidikan/Pengajaran yang telah dipersiapkan pada hari-hari terakhir penjajahan Jepang. Sebagai langkah awal dikeluarkan “instruksi umum” oleh PP dan K, yaitu Ki Hajar Dewantara.

H.      INTEGRASI PENDIDIKAN ISLAM KE DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
     Pendidikan Islam di Indonesia merupakan sumber dasar yang tidak kecil artinya bagi pendidikan nasional. Itu berarti bahwa pendidikan Islam di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari pendidikan nasional.
1.         Pesantren dan Sistem Pendidikan Nasional
          Semenjak pemerintah menitikberatkan pembangunan nasional kepada pembangunan pedesaan. Di tingkat pedesaan, yang masyarakatnya sangat religius dan bartani, pesantren merupakan lembaga sosial keagamaan yang sangat efektif bagi masyarakat sekitarnya, sebab pesantren adalah pusat kegiatan spiritual.
2.         Madrasah
          Madrasah bukan lembaga pendidikan Islam asli Indonesia, tetapi berasal dari dunia Islam di Timur Tengah yang berkembang sekitar abad ke-10 M/ 11 M. Pada awal pemulaan perkembangannya, madrasah merupakan lembaga pendidikan yang mandiri, tanpa bimbingan dan bantuan pemerintah colonial Belanda. Setelah Indonesia merdeka, pemerintah memberikan perhatian kepada madrasah dan ditetapkan sebagai model dan sumber pendidikan nasional yang berdasarkan UUD 1945.

3.         Perguruan Tinggi Islam
          Sebelum Indonesia merdeka, umat Islam sudah menginginkan hadirnya perguruan tinggi Islam untuk mendalami ilmu keagamaan Islam. Keinginan tersebut berhasil direalisir di Minangkabau dengan didirikannya Sekolah Islam Tinggi oleh Persatuan Guru-Guru Agama Islam (PGAI).
4.         Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri
          Departemen Agama menyadari bahwa terpisahnya pendidikan Islam dari pengetahuan akan membawa efek negatife bagi bangsa Indonesia, terutama umat Islam. Jika masyarakat Muslim tidak mengenal pengetahuan umum, mereka akan terpisah dari pembangunan nasional. Problema tersebut semakin menguat setelah keluar Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menttterrri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan dan Menteri Agama, yang mengatur pelaksanaan pendidikan Agama pada sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta, yang berada di bawah asuhan Departemen Agama.
         










SIMPULAN

Sejarah pendidikan Islam dimulai semenjak Allah mengutus Nabi Muhammad saw. untuk menyeru agama Islam kepada umat manusia. Awal mulanya Nabi hanya mengajarkan pendidikan Islam kepada keluarganya, setelah itu dakwah Nabi dilakukan secara terang-terangan atas perintah Allah SWT.
Pendidikan Islam setelah Nabi wafat dilanjutkan oleh para sahabat, yang saat itu juga sebagai khalifah. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Pendidikan Islam mengalami masa kejayaan pada masa Dinasti Abbasiyah, dimana penguasa saat itu sangat cinta akan ilmu seperti Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun. Pada saat itu juga terjadi penerjemahan secara besar-besaran buku-buku dari negara-negara yang sudah berkebudayan dan memiliki peradaban tinggi, seperti Persia, Romawi, Yunani, dan India. Tidak hanya bidang agama yang saat itu dipelajari dalam pendidkan, namun juga telah mempelajari ilmu pengetahuan umum.
Seperti gelombang air, ada puncak dan lembah gelombang. Pendidikan Islam mengalami puncaknya dan juga mengalami lembahnya. Lembah disini artinya adalah kemunduran pendidikan Islam. Kemunduran Islam mulai tampak setelah abad ke-13 M yang ditandai dengan terus melemahnya pemikiran Islam sampai abad ke-18 M. Kemunduran pendidikan Islam pada masa-masa ini, terletak pada merosotnya mutu pendidikan dan pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dimana lembaga-lembaga pendidikan tidak lagi mengajarkan ilmu-ilmu filosofis, termasuk ilmu pengetahuan.
Pada abad ke-19 umat Islamtelah terbangun dan sadar dari keterbelakangan umat Islam disbanding bangsa Eropa. Mulailah mereka menata dan memperbaiki segala kekurangan dalam diri mereka, seperti bidang politik, militer, kegiatan intelektual, dan sebagainya.

           

2 komentar:

  1. Referensinya kok gak ada sama sekali

    BalasHapus
  2. Silahkan dilihat judulnya y mas.. bukan tak da referensi, tp? İtu sebuah reading report buku karangan hanun asrohah.

    BalasHapus