READING REPORT
“SEJARAH
PENDIDIKAN ISLAM”
Karangan:
Hanun Asrohah, M.Ag.
Penerbit/
tahun terbit: PT Logos Wacana Ilmu/ 1999
Tugas
ini disusun guna memenuhi tugas UAS
Dosen
Pengampu : Slamet Untung, MA.
Mata
kuliah : Sejarah Pendidikan Islam
Kelas : F
Disusun
Oleh :
LAILA ZULFA
Nim:
2021 111 238
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
TAHUN
AJARAN
2012
ISI
Segala puji bagi
Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah penghulu para Nabi dan Rasul, Nabi kita Muhammad saw. beserta para
keluarga dan sahabatnya semua.
Saya akan sedikit
menjelaskan sedikit mengenai isi buku yang saya jadikan bahan Laporan Membaca (Reading
Report) yakni buku “Sejarah Pendidikan Islam” karya Hanun Asrohah.
Berikut merupakan
bagian isi yang selanjutnya sebagai tema dalam analisis,
Pertama, Pendidikan Islam dan Sejarahnya di Masa Awal. Pendidikan islam dimulai sejak diutusnya Nabi Muhammad saw. oleh
Allah SWT, sebagaimana yang termaktub dalam al-Qur’an, surat al-Mudatsir 74
ayat 1-7. Selanjutnya setelah Nabi wafat, perjuangan mengenai pendidikan islam
dilanjutkan oleh para sahabat.
Setelah Dinasti
Umayyah berkuasa, pelaksanaan pendidikan Islam semakin meningkat daripada masa
sebelumnya. Dinasti Umayyah telah meletakkan dasar-dasar bagi kemajuan
pendidikan dan pemikiran di masa Dinasti Abbasiyyah. Karena usahanya inilah,
Philip K. Hitti mengatakan bahwa masa Dinasti Umayyah adalah “inkubasi” atau
masa tunas bagi perkembangan intelektual islam.
Kedua, Islam dan Pemikiran Hellenisme. Pemikiran Yunani yang ditransfer ke dalam islam di samping warisan
Hellenis, juga warisan intelektual Hellenistik, yang keduanya di sini disebut
dengan Hellenisme. Pengaruh Hellenisme membawa pengaruh besar bagi kemajuan
pendidikan Islam pada saat itu. Di mana terjadi transfer ilmu dari
bangsa-bangsa yang sudah berkebudayaan tinggi seperti Persia, Romawi, Yunani,
dan India, dengan cara menterjemahkan buku-buku ke dalam bahasa Arab.
Ketiga, Pengaruh Hellenistik dan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam sebelum
Kebangkitan Madrasah. Tidak
dapat dielakkan lagi bahwa penerjemahan karya-karya pemikiran Yunani telah
menyebabkan semaraknya dunia pendidikan Islam di masa Klasik. Walaupun
pendidikan di masa Klasik tidak sekompleks pendidikan modern, pendidikan islam
di masa Klasik dapat dikatakan maju bahkan dianggap telah mencapai masa
keemasan dalam sepanjang sejarah. Sejak permulaan penerjemahan karya-karya
pemikiran Yunani, pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat baik dalam materi
pengajarannya (kurikulum) maupun lembaga pendidikan.
Keempat, Sistem Pendidikan Islam pada Masa Kejayaan. Rasa cinta umat Islam akan pengetahuan, menimbulkan kebutuhan untuk
mengembangkan pendidikan dengan mendirikan institusi-institusi untuk
mengajarkan dan mengembangkan ilmu. Dengan dipelopori oleh penguasa-penguasa
Islam yang cinta ilmu, seperti Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun, berdirilah
lembaga-lembaga pendidikan untuk kegiatan keilmuan, seperti kegiatan
penerjemahan yang didirikan oleh Harun al-Rasyid, yang di zaman al-Ma’mun
kegiatannya semakin sempurna sehingga menyebabkan didirikannya Bait
al-Hikmah.
Kelima, Kebangkitan Madrasah. Semakin banyaknya umat islam yang tertarik untuk menuntut ilmu,
sehingga membuat mesjid penuh dan tidak muat untuk menampung murid-murid yang
belajar mendorong lahirnya bentuk lembaga pendidikan baru. Perkembangan bentuk
lembaga ini melalui tiga tahap, yaitu dari mesjid ke mesjid khan, kemudian
menjadi madrasah.
Antara madrasah
dan lembaga-lembaga pendidikan sebelumnya mempunyai perbedaan. Lembaga –
lembaga pendidikan sebelum madrasah tidak diatur secara administrative,
sedangkan madrasah memiliki administrasi yang teratur dan rapi.
Keenam, Pembaruan Pendidikan Islam. Pada abad ke-19 umat islam telah terbangun dan sadar dari
keterbelakangan umat islam disbanding bangsa Eropa. Mulailah mereka menata dan
memperbaiki segala kekurangan dalam diri mereka, seperti bidang politik,
militer, kegiatan intelektual, dan sebagainya. Sebagai konsekuensi logis,
pendidikan umat dituntut perannya bagi pembaruan islam.
Ketujuh, Pendidikan Islam di Indonesia. Dari sekian perkiraan, kebanyakan menetapkan bahwa kontak Indonesia
dengan Islam terjadi sejak abad ke-7. Pendidikan Islam dibawa ke Indonesia oleh
para ulama yang bertujuan menyebarkan dan mengajar penduduk setempat mengenai
Islam. Selain ulama, para pedagang dari Gujarat yang datang ke Nusantara juga membawa pengetahuan
mengenai ajaran Islam.
Kedelapan, Integrasi Pendidikan Islam ke dalam Sistem Pendidikan
Nasional. Indonesia
merupakan negara yang berdasarkan agama, pendidikan agama tidak dapat diabaikan
dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Umat beragama beserta lembaga-lembaga
keagamaan di Indonesia merupakan potensi besar dan sebagai modal dasar dalam
pembangunan mental spiritual bangsa dan merupakan potensi nasional untuk
pembangunan fisik materiil bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan tujuan
pembangunan nasional, yaitu pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat adil
dan makmur berdasarkanPancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, agama tidak
dapat dipisahkan dengan penyelenggaraan pendidikan nasional Indonesia.
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan hal yang penting bagi manusia untuk menghadapi kelangsungan hidupnya
hingga masa depan. Pendidikan dituntut untuk dapat mengantarkan manusia pada
kehidupan yang sesungguhnya. Pendidikan yang dikenal dewasa ini tidak hanya
mencakup secara umum tetapi juga spesifik kepada pendidikan Islam. Dimana
pendidikan Islam dituntut untuk dapat mencetak generasi-generasi penerus yang
handal baik dalam ilmu pendidikan umum maupun agama.
Pendidikan diakui
sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemegahan dan kemajuan
peradaban. Tidak ada satu prestasi pun tanpa peranan pendidikan. Kejayaan Islam
pada masa klasik, yang telah meninggalkan jejak kebesaran Islam di bidang
ekonomi, politik, intelektualisme, tradisi-tradisi, keagamaan, seni dan
sebaginya, tidak terlepas dari dunia pendidikan. Begitu pula dengan kemunduran
pendidikan Islam, telah membawa Islam berkubang dalam kemunduran.
Dengan mempelajari
kehidupan masa lampau umat Islam, membantu kita memahami sebab-sebab kemajuan
dan kemunduran pendidikan Islam. Pemahaman tersebut dapat dijadikan sebagai
alat berpijak untuk mengembangkan pendidikan Islam di masa sekarang, dengan
mengambil yang baik, dan membuang kesalahan-kesalahan pada masa lampau. Ada pepatah
yang mengatakan “Jangan sekali-kali meninggalkan Sejarah” atau “Belajarlah dari
Sejarah”. Oleh karena itu, untuk mencapai kemajuan pendidikan Islam sekarang
dan untuk memecahkan
persoalan-persoalan pendidikan Islam, kita harus mempelajari Historical
Islam, khususnya yang menyangkut dengan dunia pendidikan Islam. Menurut
Simuh sebagaimana telah dikutip oleh Hanun Asrohah dalam bukunya, untuk
kemajuan pendidikan, umat Islam harus memiliki sense of history, dengan
berpijak pada kenyataan yang benar-benar ada, tidak hanya berpijak pada normatif
Islam sehingga pendidikan agama baru berdiri dengan satu kaki saja.
Sejarah pendidikan
Islam meliputi keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan Islam dari
waktu ke waktu yangh lain, sejak zaman lahirnya Islam sampai saat ini, atau
dapat dirumuskan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan Pendidikan Islam, baik dari segi ide dan konsepsi,
maupun dari segi institusi dan operasionalisasi sejak zaman Nabi Muhammad SAW
sampai sekarang. Dalam buku ‘Sejarah Pendidikan Islam’ karya Hanun Asrohah yang
saya jadikan sebagai hasil Laporan membaca (reading report ) ini, aspek-aspek
yang dibahas meliputi sejarah pendidikan
Islam di dunia Islam masa klasik sampai abad modern, termasuk di dalamnya
sejarah pendidikan Islam di Indonesia , mulai perkembanganawal hingga sekarang.
Meskipun laporan
membaca (reading report) buku ‘Sejarah Pendidikan Islam’ karya Hanun
Asrohah ini telah diupayakan semaksimal mungkinnn, namun penulis menyadari
bahwa didalamnya masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kepada Bapak
Slamet Untung dimohon untuk berkenan memberikan saran kritik. Semoga laporan
membaca (reading report) ini dapat bermanfaat. Amiin
ANALISIS
A.
Pendidikan Islam dan Sejarahnya Di Masa Awal
1.
Kedudukan Pendidikan dalam Islam
Pendidikan adalah sesuatu yang esensial bagi
manusia. Melalui pendidikan, manusia bisa belajar menghadapi alam semesta demi
mempertahankan kehidupannya. Kerena pentingnya pendidikan, Islam menempatkan
pendidikan pada kedudukan yang penting dan tinggi dalam doktrin Islam. Hal ini
bisa dilihat dalam al-Qur’an dan hadits yang banyak menjelaskan tentang arti
pendidikan bagi kehidupan umat Islam sebagai hamba Allah.
Berikut hadits Nabi yang
mendorong umat Islam untuk senantiasa menuntut ilmu sebagaimana telah dikutip
oleh Hanun Asrohah dari kitab Ihya’ ‘Ulum al-Din karangan Imam Ghozali:
العلم خزائن مفاتيحهاالسّؤال فاسألوافإنّه
يؤجرفيه أربعةالسّئل والعالم والمستمع والمحبّ لهم
“Pengetahuan itu laksana
gudang-gudang barang berharga. Kuncinya adalah bertanya. Bertanyalah (jika kamu
tidak tahu), karena empat orang yang akan diberi pahala adalah orang yang
bertanya, guru, orang yang mendengar (penuntut ilmu), dan orang yang mencintai
mereka,”
“orang yang paling
berilmu adalah yang mengumpulkan ilmu dari yang lain kepada ilmunya; orang yang
paling berharga adalah yang paling banyak ilmunya dan yang paling hina adalah
yang paling bodoh”.
2.
Pengertian Sejarah dalam Islam
Munculnya
ilmu pendidikan, telah memotivasi umat Islam untuk menelusuri perjalanan
sejarah pendidikan Islam. Teori-teori yang berkaitan dalam dunia pendidikan
besar kegunaannya dalam mengumpulkan fakta-fakta sejarah yang selanjutnya
menempatkan fakta-fakta tersebut dalam konteks sejarahnya, sehingga pembahasan
sejarah pendidikan tidak sekedar menempatkan peristiwa-peristiwa yang berkaitan
dengan perkembangan dan perjalanan pendidikan
Islam sesuai dengan urutan-urutan
peristiwa atau annals. Lebih dari itu, sejarah pendidikan Islam menuntut
pengungkapan realitas social Muslim untuk menjawab “bagaimana suatu peristiwa
bisa terjadi?” Dalam keadaan demikian, analisa politik, ekonomi, dan mobilitas
social, sangat membantu sekali. Teori tentang sistem pendidikan, misalnya,
dapat membantu mengumpulkan fakta-fakta sejarah tentang pendidikan Islam.
3.
Pentingnya Mempelajari Sejarah Pendidikan Islam
Dari
mengkaji sejarah kita bisa memperoleh informasi tentang pelaksanaan pendidikan Islam
dari zaman Rasulullah sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan, perkembangan,
kemajuan, kemunduran dan kebangkitan kembali dari pendidikan Islam. Dari
sejarah dapat diketahui bagaimana yang terjadi dalam penyelengaraan pendidikan Islam
dengan segala ide, konsep, institusi, sistem, dan operasionalnya yang terjadi
dari waktu ke waktu.
4.
Perkembangan Pendidikan Islam di Masa Awal
Menurut
Soekarno dan Ahmad Supardi, pendidikan Islam terjadi sejak Nabi Muhammad
diangkat menjadi Rasul Allah di Mekah dan beliau sendiri sebagai gurunya.
Pada
masa Nabi, negara Islam meliputi seluruh Jazirah Arab dan pendidikan Islam
berpusat di Madinah. Setelah Rasulullah wafat, kekuasaan pemerintah Islam
secara bergantian dipegang oleh Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Usman bin Affan,
dan Ali ibn Abi Thalib. Pada masa empat khalifah ini wilayah Islam telah meluas
di luar jazirah Arab, yang meliputi Mesir, Persia, Syiria dan Irak. Para
khalifah ini disamping memikirkan perluasan wilayah Islam juga memberikan
perhatian pada pendidikan demi syiarnya agama dan kokohnya negara Islam.
B.
Islam dan Pemikiran Hellenisme
Ketika Islam lahir, bangsa Arab dikelilingi oleh bangsa-bangsa yang
berkebudayaan tinggi dan megah, seperti Persia, Romawi, Yunani, dan India.
Sebagai masyarakat yang baru lahir, jika Islam hendak memiliki kebudayaan dan
peradaban yang tinggi, maka harus mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa lain
yang jauh lebih maju. Usaha ini telah dilakukan umat Islam di zaman klasik,
khususnya sejak masa Dinasti Umayyah dan mencapai puncak kejayaannya pada masa
Dinasti Abassiyyah. Adopsi kebudayaan bangsa-bangsa lain ke dalam Islam lebih
banyak berupa transmisi keilmuan bangsa lain ke dalam Islam dengan menggunakan
pendidikan sebagai medianya, misalnya dengan mempelajari secara langsung
peradaban bangsa lain. cara lainnya adalah dengan menerjemahkan
literature-literatur non-Islam. Cara inilah yang mebuat pendidikan Islam
berkembang dengan munculnya lembaga penerjemahan, seperti Bait al-Hikmah
dan sekolah-sekolah penerjemahan. Penerjemahan tersebut kemudian menggugah rasa
tertarik umat Islam untuk mempelajarinya dengan mengambil hal-hal yang sesuai
dengan ajaran Islam.selanjunya mereka mengembangkannya menjadi karya-karya yang
asli milik umat Islam.
Transmisi keilmuan non Islam yang dilakukan
oleh umat Islam pada zaman klasik sebagian besar berupa pemikiran warisan
Yunani. Walaupun ada juga pemikiran dari India, tetapi kebudayaan Yunanilah
yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan peradaban Islam.
C.
Pengaruh Hellenistik dan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam sebelum
Kebangkitan Madrasah
1.
Pengaruh Hellenisme terhadap Pendidikan Islam sebelum Kebangkitan
Madrasah
Sejak penerjemahan
buku-buku Yunani, kurikulu dalam pendidikan Islam mengalami kemajuan pesat.
Lembaga-lembaga pendidikan yang sebelumnya hanya mengajarkan pengetahuan agama,
mulai mengajarkan ilmu pengetahuan, seperti matematika, filsafat, dan
kedokteran. Misalnya, di Kuttab, yaitu salah satu dari lembaga pendidikan
tingkat dasar, pada abad pertama masa Islam hanya mengajarkan pelajaran membaca
dan menulis, kemudian diajarkan pula pendidikan keagamaan. Sejak abad ke-8 M, Kuttab
mulai mengajarkan pelajaran ilmu pengetahuan di samping ilmu agama. Tidak
diragukan lagi, semua ini disebabkan setelah adanya kontak antara Islam dengan
warisan budaya Hellenisme.
a.
Maktab/Kuttab
Kebanyakan ahlis sejarah sepakat bahwa
Mktab/Kuttab adalah lembaga pendidikan dasar.
b.
Halaqah
Halaqah artinya lingkaran. Lembag ini secara umum dikenal dengan sistem halaqah.
Sang guru biasanya duduk di ats lantai sambil menerangkan, membacakan
kerangannya, atau komentar orang lain terhadap suatu karya pemikiran.
Murid-muridnya akan mendengarkan penjelasan guru dengan duduk diatas lantai,
yang melingkari gurunya.
c.
Majlis
Majlis adalah isim makan – kata yang menunjukkan arti tempat – dari kata
kerja (fi’il) jalasa artinya duduk, sinonim dengan kata qo’ada. Jalasa
mengacu kepada keadaan duduk setelah melakukan kegiatan lain, seperti tidur
dan berbaring
d.
Mesjid
Mesjid
merupakan lembaga pendidikan Islam yang sudah ada sejak Nabi. Mesjid berfungsi
sebagai tempat bersosialisasi, tempat ibadah, tempat pengadilan dan sebagainya.
e.
Khan
Khan mempunyai beberapa fungsi pada masa klasik. Di kota khan difungsikan
sebagai penyimpanan barang-barang dalam jumlah besaratau sebagai sarana
komersial yang memiliki banyak toko. Selain fungsi di atas, khan juga
digunakan sebagai asrama untuk murid-murid dari luar kota yang hendak belajar
hukum Islam di suatu mesjid.
f.
Ribath
Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari
kehidupan duniawi dan mengkonsentrasikan diri untuk ibadah semata-mata.
g.
Rumah-rumah Ulama
Rumah-rumah
ulama juga memainkan peranan penting dalam mentransmisikan ilmu agama dan
pengetahuan umum. Sebagai tempat transmisi keilmuan, rumah muncul lebih awal
daripada mesjid. Sebelum mesjid dibangun ketika di Mekkah Rasulullah
menggunakan rumah al-Arqam sebagai tempat memberikan pelajaran bagi kaum
muslimin.
h.
Toko-toko Buku dan Perpustakaan
Di
took-toko buku tidak hanya dijual buku-buku demi mencari keuntungan, tetapi
took-toko buku ini juga digunakan sebagai gelanggang bagi pelajar-pelajar dan
ulama berdiskusi (Asrohah, 1999:68)
i.
Observatorium dan Rumah Sakit
Sejumlah
rumah sakit yang dibangun oleh penguasa juga menjadi lembaga transmisi ilmu
kedokteran.
D.
SISTEM PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN
Pendidikan Islam mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah. Dimana saat itu tejadi penerjemahan-penerjemahan buku dari negara
yang sudah berkebudayaan tinggi seperti Persia, Romawi, Yunani, dan India.
Selain itu penguasa yang memimpin juga sangat cinta akan ilmu seperti Harun
al-Rasyid dan al-Ma’mun. sehingga sitem pendidikan pada saat itu sangat
diperhatikan oleh para penguasa saat itu.
1.
Kurikulum
Kurikulum dalam
lembaga pendidikan Islam di masa klasik pada mulanya berkisar pada bidang studi
tertentu. Namun seiring perkembangan social dan kultural, materi kurikulum
semakin luas. Pada masa Nabi d Madinah, materi pelajaran berkisar pada belajar
menulis, membaca al-Qur’an, keimanan, ibadah, akhalak, dasar ekonomi, dasar
politik, dan kesatuan.
Pada masa kejayaan Islam,
mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al-Qur’an dan
agama, membaca, menulis, dan syair. Setelah wilayah Islam semakin luas, silam
harus bersentuhan dengan budaya non-Islam yang menyebabkan permasalahan social
semakin kompleks. Perkembangan kehidupan intelektual dan kehidupan keagamaan
dalam Islam membawa situasi lain bagi kurikulum pendidikan Islam. Maka,
diajarkanlah ilmu-ilmu baru seperti tafsir, hadis, fikih, tata bahasa, sastra,
matematika, teologi, filsafat, astronomi, dan kedokteran.
2.
Metode pengajaran
Metode pengajaran yang dipakai
di masa Dinasti Abbasiyyah dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam, yaitu
lisan, hafalan dan tulisan. Metode lisan bisa berupa dikte, ceramah, qira’ah,
dan diskusi. Dikte (imla’) adalah metode untuk menyampaikan pengetahuan yang
dianggap baik dan aman karena pelajar mempunyai catatan. Jika daya ingat pelajar tidak kuat, catatan bisa
membantunya.
3.
Kehidupan Murid
Begitu mengesankan
hubungan guru dan murid pada masa klasik. Hubungan guru dan murid tidah hanya
sebatas yang berkaitan dengan transmisi keilmuan dan pembentukan perilaku si
murid. Sangat besar perhatian guru kepada murid-muridnya.
4.
Rihlah ilmiyah
Salah satu cirri yang
paling menarik dalam pendidikan Islam di masa klasik adalah sistem rihlah
ilmiah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh untuk mencari ilmu.
5.
Wakaf
Menurut Syalabi
sebagaimana dikutip oleh Hanun Asrohah, bahwa Khalifah al-Ma’mun adalah orang
yang pertama kali mengemukakan pendapat tentang pembentukan badan wakaf. Ia berpendapat
bahwa kelangsungan kegiatan keilmuan tidak tergantung pada subsidi negara dan
kedermawanan penguasa-penguasa, tetapi juga membutuhkan kesadaran masyarakat
untuk bersama-sama negara menanggung biaya pelaksanaan pendidikan.
6.
Kondisi Politik dan Hubungannya dengan Maju mundurnya Pendidika Islam
Pendidikan sebagai suatu
sistem, tidak bisa dipisahkan dari kondisi politik. Antara politik dan
pendidikan Islam terjalin hubungan erat. Berubah-ubahnya kebijaksanaan politik
dapat memengaruhi pelaksanaan pendidikan silam. Pada masa Dinasti Abbas/klasik,
paham-paham keagamaan turut mewarnai situasi politik di dunia Islam.
Turun-naiknya berbagai aliran keagamaan dalam pentas politik, membuat
berubah-ubahnya kebijaksanaan penguasa, akibatnya pelaksanaan pengajaran dan
pendidikan Islam turut terpengaruh.
7.
Pendidikan Islam bagi Wanita
Ajaran Islam
sesungguhnya tidak membedakan hak antara wanita dan laki-laki untuk menuntut
ilmu. Ajaran Islammewajibkan bagi laki-laki Muslim maupun wanita Muslimah untuk
menuntut ilmu. Tetapi, dalam praktiknya wanita tidak diberi kesempatan yang
sama dengan kaum laki-laki dalam menuntut ilmu.
E.
KEBANGKITAN MADRASAH
1.
Lahirnya Madrasah
Pada awalnya, madrasah didirikan di beberapa wilayah Islam untuk
mendalami bidang studi fikih. Di Nisapur madrasah didirikan oleh ulama fikih
untuk mengembangkan mazhabnya. Dari 39 nama madrasah yang dihimpun oleh Richard
W. Bulliet, kebanyakan mengajar fikih. Namun begitu, ada juga madrasah yang
didirikan untuk mempelajari lebih dari satu mazhab fikih.
2.
Kebangkitan Golongan Sunni dan Madrasah
a.
Gerakan Teologi
Abad ke-8 sampai ke-10 merupakan abad kejayaan umat Islam di bidang
pengetahuan dan pemikiran. Perhatian umat Islam terhadap kegiatan intelektual Islam
sangat besar. Disamping ilmu pengetahuan, umat Islam juga memiliki perhatian
yang sangat tinggi terhadap pemikiran yang rasional dan filosofis.
Diantara kelompok rasionalis adalah ahli
ilmu kalam. Para teolog banyak menggunakan logika dan metafisika dalam membahas
akidah-akidah iman. Pemujaan yang berlebihan terhadap akal, membuat ahl-kalam
kurang begitu memperhatikan hadis Nabi. Mereka tidak mau menerima hadis,
kecuali hadis mutawatir. Dengan ayat-ayat al-Qur’an yang sekiranya bertentangan
dengan akal, mereka takwilkan sehingga sejalan dengan pemikiran kal manusia.
Kelompok ini disebut dengan golongan Mu’tazilah.
b.
Mazhab Fikih
Pada mulanya mazhab fikih dikenal dengan
perbedaan geografis, seperti mazhab Kufah, Madinah, Syiria. Kemudian, pada awal
abad ke-8 M, lahir paham fikih berdasarkan ulama individu, misalnya murid Abu
Hanifah di Kufah, murid Imam Malik di Madinah, dan murid al-Auza’i di Syiria.
3.
Peranan Penguasa terhadap Eksistensi dan Pertumbuhan Madrasah
Kemenangan Bani Saljuk atas Dinasti Buwaihi di Irak dan berhasil
memasuki kota Baghdad, merupakan titik awal kemenangan golongan Ahl
al-Sunnah terhadap Syi’ah. Sebagai Penguasa, Dinasti Saljuk merasa bertanggungjawab
untuk melancarkan propaganda melawan paham Syi’ah yang telah ditanamkan oleh
Bani Buwaihi sehingga dapatlah dikikis kepercayaan-kepercayaan yang dianggap
sesat dan menyimpang dari pelajran-pelajaran agama yang sebenarnya. Keinginan
untuk menghidupkan kembali ajaran Ahl al-Sunnah, mendorong Bani Saljuk untuk
meyiarkan ilmu agama yang sebenarnya menurut paham sunni. Kemudian, Nizham
al-Mulk mempelopori pendirian-pendirian madrasah-madrasah untuk menghidupkan
paham Sunni.
F.
PEMBARUAN PENDIDIKAN ISLAM
1.
Kemunduran Pendidikan Islam
Dalam bukunya Hanun Asrohah, M.M Syarif, sebagaimana dikutip oleh
Zuhairini, menjelaskan bahwa gejala kemunduran pendidikan Islam mulai tampak
setelah abad ke-13 M. yang ditandai dengan terus melemahnya pemikiran Islam
sampai abad ke-18 M.
Kemuduran pendidikan Islam pada masa-masa ini, terletak
pada merosotnya mutu pendidikan dan pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Lembaga-lembaga pendidikan tidak lagi mengajarkan ilmu-ilmu filosofis, termasuk
ilmu pengetahuan. Rasionalisme pun kehilangan peranannya, dalam arti semakin
dijauhi.
2.
Pembaharuan Pendidikan Islam
Pembaharuan pendidikan di dunia Islam pertama kali dimulai di
Kerajaan Usmani. Pembaruan di dunia Islam ini tidak berangkat dari kesadaran
akan rkualitas pendidikan yang dampaknya dapat
dirasakan pada aspek lainnya. Faktor yang melatarbelakangi gerakan
pembaruan pendidikan bermula dari kekalahan-kekalahan Kerajaan Usmani dalam
peperangan dengan Eropa.
Kekalahan demi kekalahan yang dialami
Kerajaan Usmani menyebabkan Sultan Ahmad III (1704-1713) amat prihatin.
Kemudian ia mulai mengadakan introspeksi diri dengan meneliti dan menyelidiki
keunggulan yang dimiliki Barat. Dari itu, tumbuh sikap baru dalam diri Kerajaan
Usmani terhadap Brat. Jika sebelumnya Barat dianggap lemah dan kafir di hadapan
Islam, kini umat Islam sangat menghargai dan menjalin kerja sama untuk mengejar
ketinggalan Islam dengan kemajuan Barat.
G.
PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA
1.
Masuk dan Berkembangnya Islam
di Indonesia
Menurut Hanun, sulit sekali menentukan kapan tepatnya Islam masuk
ke Indonesia. Smapai sekarang belum ada bukti tertulis tentang hal tersebut.
Namun, banyak teori yang memperkirakannya. Pada umumnya, teori-teori tersebut
dikaitkan dengan jalur pelayaran dan perdagangan antara Dunia Arab dengan Asia
Timur. Dari sekian perkiraan, kebanyakan menetapkan bahwa kontak Indonesia
dengan Islam terjadi sejak abad ke-7.
Persoalan lain yang menjadi masalah
dalam melacak pengajaran Islam di Nusantara adalah tentang siapa yang
memperkenalkan Islam ke Nusantara. Karena itu, muncul teori bahwa Islam dibawa
ke Nusantara oleh para pedagang. Teori lain menyatakan bahwa Islam tersebar di
Indonesia oleh para ulama (mullah). Sedangkan teori ketiga menyatakan bahwa
kekuasaan (konversi) keratin sangat berpengaruh bagi pengIslaman di Nusantara.
Masuknya Islam penguasa akan diikuti oleh rakyatnya secara cepat.
2.
Pendidikan Islam di Masa Awal
Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan mendapat prioritas utama
masyarakat Muslim Indonesia. Disamping karena besarnya arti pendidikan,
kepentingan Islamisasi mendorong umat Islam melaksanakan pengajaran Islam
kendati dalam sistem yang sederhana, dimana pengajaran diberikan denagn sistem
halaqah yang dilakukan di tempat-tempat ibadah semacam mesjid, mushola,
bahkan juga di rumah-rumah ulama.
3.
Pendidikan Islam pada Masa Belanda
Pendidikan pada masa kolonial Belanda sangat berbeda dengan sistem
pendidikan Islam tradisional pada pengetahuan duniawi. Metode yang diterapkan
jauh lebih maju dari sistem pendidikan tradisional. Adapun tujuan didirikannya
sekolah bagi pribumu adalah untuk mempersiapkan pegawai-pegawai yang bekerja
untuk Belanda.
Pemerintahan Belanda tidak mengakui
para lulusan pendidikan tradisional. Mereka tidak bisa bekerja baik di pabrik
maupun sebagai tenaga birokrat.
4.
Pembaharuan Pendidikan Islam
Berbicara tentang pembaruan pendidikan
Islam di Indonesia, mengharuskan kita membhas gerakan-geraka pembaruan
pendidikanbaik oleh individu maupun organisasi-organisasi masyarakat Islam.
Dan, terlebih dahulu kita menengok kegiatan pembaruan pendidikan Islam di
minangkabau karena pentingnya daerah ini dalam memperluas cita-cita pembaruan
pendidikan ke luar Minangkabau.
a.
Pembaharuan Pendidikan Islam di Minangkabau
Pembaruan pendidikan Islam mulai dirintis oleh murid-murid Syekh
Ahmad Khatib, ulama dari Minangkabau yang menetap dan mengajar di Mekkah.
Diantara tokoh dan pelopor pembaharu
pendidikan Islam di Minangkabau adalah Syekh Abdullah Ahmad dari Padang
Panjang. Dialah pemilik Surau Jembatan Besi, namun dia lebih tertarik untuk
mengelola sekolah-sekolah modern daripada membina suraunya. Pada tahun 1914 ia
mempelopori berdirinya “Syarikat Oesaha” karena ia berpandangan bahwa untuk
mencapai kemajuan ekonomi dari
pendidikan perlu sebuah organisasi.
b.
Jami’at Khair
Al-Jami’at al-Khairiyah, yang lebih dikenal
dengan nama Jami’at Khair – organisasi yang beranggotakan mayoritas orang-orang
Arab – ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Dua program utamanya
adalah pendirian dan pembinaan sekolah tingkat dasar, dan kedua, pengiriman
anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan pelajaran. Tampilnya Jamiat Khair
dalam gerakan pembaruan pendidikan Islam terasa penting karena organisasi ini
termasuk organisasi modern dalam masyarakat Islam waktu itu.
c.
Al-Irsyad
Al-Irsyad
adalah pecahan dari organisasi Jamiat Khair. Menurut Steenbrink, pada tahun
1913 telah terjadi perpecahan di kalangan Jamiat Khair mengenai hak istimewa
golongan sayyid. Mereka yang tidak setuju dengan kehormatan berlebihan bagi
sayyid dikecam dan dicap sebagai reformis dan kemudian mendirikan organisasi Jami’ah
al-Islam wa al-Irsyad al-Arabiyah, yang secara umum dikenal dengan
al-Irsyad. Al-Irsyad didirikan pada
tahun 1913 dan mendapatkan pengesahan dari Belanda pada tanggal 11 Agustus
1915.
d.
Persyarikatan Ulama
Persyarikatan Ulama lahir dari gerakan pembaruan Islam di
Majalengka, Jawa Barat, yang dimulai pada tahun 1911, atas inisiatif Haji Abdul
Halim.
e.
Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang
bergerak di bidang pendidikan, dakwah, dan kemasyarakatan.Muhammadiyah
didirikan di Yogyakarta pada tanggal 10 Nopember 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Tujuan didirikan organisasi ini adalah
untuk membebaskan umat Islam dari kebekuan dalam segala bidang kehidupannya,
dan praktek-praktek agama yang menyimpang dari kemurnian ajaran Islam.
f.
Persatuan Islam (PERSIS)
Persatuan Islam (PERSIS) didirikan secara resmi pada tanggal 12
September 1923 di Bandung oleh sekelompok orang Islam yang berminat dalam studi
dan aktivitas keagamaan yang dipimpin oleh Zam-zam dan Muhammad Yunus.
g.
Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya tahun 1926 sebagi perluasan
dari Komite Hijaz, yang dibangun untuk dua maksud: pertama, untuk mengimbangi
Komite Khilafat yang secra berangsur-angsur jatuh ke tangan golongan pembaharu;
kedua, untuk berseru kepada Ibnu Sa’ud, penguasa baru di Tanah Arab, agar
kebiasaan beragama secara tradisi dapat diteruskan.
5.
Pendidikan Islam di Masa Jepang
Sejak jepang mengambil alih pendudukan Indonesia dari Belanda.
Jepang juga mengadakan perubahan dibidang pendidikan. Hanaya satu jenis sekolah
rendah diadakan bagi semua lapisan masyarakat, ialah sekolah rakyat 6 tahun,
yang di kenal dengan nama Kokumin Gakkoo. Sekolah-sekolah desa
dibiarkan, tetapi namanya diganti menjadi sekolah Pertama.
6.
Pendidikan Islam di Masa Kemerdekaan
Pasca Indonesia merdeka, melahirkan kehidupan baru disegala bidang,
termasuk pendidikan. Sebagai modal dan pedoman pertama bagi rakyat pemerintah
di lapangan pendidik, dipergunakanlah Rencana Usaha Pendidikan/Pengajaran yang
telah dipersiapkan pada hari-hari terakhir penjajahan Jepang. Sebagai langkah
awal dikeluarkan “instruksi umum” oleh PP dan K, yaitu Ki Hajar Dewantara.
H.
INTEGRASI PENDIDIKAN ISLAM KE DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Pendidikan Islam di Indonesia merupakan sumber dasar yang tidak
kecil artinya bagi pendidikan nasional. Itu berarti bahwa pendidikan Islam di
Indonesia tidak bisa dipisahkan dari pendidikan nasional.
1.
Pesantren dan Sistem Pendidikan Nasional
Semenjak pemerintah menitikberatkan pembangunan nasional kepada
pembangunan pedesaan. Di tingkat pedesaan, yang masyarakatnya sangat religius
dan bartani, pesantren merupakan lembaga sosial keagamaan yang sangat efektif
bagi masyarakat sekitarnya, sebab pesantren adalah pusat kegiatan spiritual.
2.
Madrasah
Madrasah bukan lembaga pendidikan Islam asli Indonesia, tetapi
berasal dari dunia Islam di Timur Tengah yang berkembang sekitar abad ke-10 M/
11 M. Pada awal pemulaan perkembangannya, madrasah merupakan lembaga pendidikan
yang mandiri, tanpa bimbingan dan bantuan pemerintah colonial Belanda. Setelah
Indonesia merdeka, pemerintah memberikan perhatian kepada madrasah dan
ditetapkan sebagai model dan sumber pendidikan nasional yang berdasarkan UUD
1945.
3.
Perguruan Tinggi Islam
Sebelum Indonesia merdeka, umat Islam
sudah menginginkan hadirnya perguruan tinggi Islam untuk mendalami ilmu
keagamaan Islam. Keinginan tersebut berhasil direalisir di Minangkabau dengan
didirikannya Sekolah Islam Tinggi oleh Persatuan Guru-Guru Agama Islam (PGAI).
4.
Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri
Departemen Agama menyadari bahwa terpisahnya pendidikan Islam dari
pengetahuan akan membawa efek negatife bagi bangsa Indonesia, terutama umat Islam.
Jika masyarakat Muslim tidak mengenal pengetahuan umum, mereka akan terpisah
dari pembangunan nasional. Problema tersebut semakin menguat setelah keluar
Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menttterrri Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan dan Menteri Agama, yang mengatur pelaksanaan pendidikan Agama pada
sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta, yang berada di bawah asuhan
Departemen Agama.
SIMPULAN
Sejarah pendidikan Islam dimulai semenjak Allah mengutus Nabi
Muhammad saw. untuk menyeru agama Islam kepada umat manusia. Awal mulanya Nabi
hanya mengajarkan pendidikan Islam kepada keluarganya, setelah itu dakwah Nabi
dilakukan secara terang-terangan atas perintah Allah SWT.
Pendidikan Islam setelah Nabi wafat dilanjutkan oleh para sahabat,
yang saat itu juga sebagai khalifah. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Pendidikan Islam mengalami masa kejayaan pada masa Dinasti
Abbasiyah, dimana penguasa saat itu sangat cinta akan ilmu seperti Harun
al-Rasyid dan al-Ma’mun. Pada saat itu juga terjadi penerjemahan secara
besar-besaran buku-buku dari negara-negara yang sudah berkebudayan dan memiliki
peradaban tinggi, seperti Persia, Romawi, Yunani, dan India. Tidak hanya bidang
agama yang saat itu dipelajari dalam pendidkan, namun juga telah mempelajari
ilmu pengetahuan umum.
Seperti gelombang air, ada puncak dan lembah gelombang. Pendidikan
Islam mengalami puncaknya dan juga mengalami lembahnya. Lembah disini artinya
adalah kemunduran pendidikan Islam. Kemunduran Islam mulai tampak setelah abad
ke-13 M yang ditandai dengan terus melemahnya pemikiran Islam sampai abad ke-18
M. Kemunduran pendidikan Islam pada masa-masa ini, terletak pada merosotnya
mutu pendidikan dan pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Dimana
lembaga-lembaga pendidikan tidak lagi mengajarkan ilmu-ilmu filosofis, termasuk
ilmu pengetahuan.
Pada abad ke-19 umat Islamtelah terbangun dan sadar dari
keterbelakangan umat Islam disbanding bangsa Eropa. Mulailah mereka menata dan
memperbaiki segala kekurangan dalam diri mereka, seperti bidang politik,
militer, kegiatan intelektual, dan sebagainya.
Referensinya kok gak ada sama sekali
BalasHapusSilahkan dilihat judulnya y mas.. bukan tak da referensi, tp? İtu sebuah reading report buku karangan hanun asrohah.
BalasHapus