MAKALAH
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas UAS
Dosen Pengampu : Mutammam, M. Ed
Mata
kuliah : Sosiologi
Pendidikan
Kelas : B
Disusun
Oleh :
LAILA
ZULFA
NIM. 2021 111
238
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
TAHUN
AJARAN
2013
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi yang harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi serta perkembangan zaman. Di samping itu pengertian
pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,
yakni:
Usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Masyarakat
berfungsi sebagai penerus budaya dari generasi ke generasi selanjutnya secara dinamis sesuai situasi dan
kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi sosial.
Dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai sosialisasi.
Dibawah
ini penulis akan memaparkan mengenai apa itu masyarakat, pendidikan dan
lingkungan sosial, pendidikan dan kebudayaan, pendidikan dan perubahan sosial
dan pendidikan sebagai daya pengubah dan pembaharuan masyarakat. Seperti yang
akan penulis paparkan di bawah ini.
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT
A.
Pengertian
Pendidikan dan Masyarakat
1.
Pendidikan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi
manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya sebagai individu dan masyarakat. Dasar
pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan
menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis.
guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Yang tentu dalam menjalankan kelanjutan
pendidikan tersebut harus ada alat sebagai pegangan yang salah satunya adalah
adanya kurikulum. Pendidikan
merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi yang harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi serta perkembangan zaman.[1]
Istilah pendidikan digunakan untuk menterjemakan kata
education dalam bahasa Inggris. Sedangkan dalam konteks Islam
pendidikan lebih banyak dikenal dengan term al-tarbiyah, al-ta’lîm,
al-ta’dîb, dan al-riyādah. Setiap term tersebut mempunyai makna yang
berbeda, karena perbedaan teks dan konteks kalimatnya, namun dalam beberapa
hal, term-term tersebut mempunyai kesamaan makna.
Dalam leksiologi al-Qur’an tidak ditemukan kata al-tarbiyah,
tetapi ada istilah yang senada dengan istilah al-tarbiyah yaitu: al-rabb,
rabayāni, murabbi, ribbiyun, dan rabbani. Semua fonem tersebut
mempunyai konteks makna yang berbeda-beda
Sementara itu, secara terminologi al-tarbiyah
diartikan oleh Muhammad Athiyah al-Abrasyi sebagai upaya mempersiapkan
individu untuk kehidupan yang lebih sempurna, kebahagiaan hidup, cinta tanah
air, kekuatan raga, kesempurnaan etika, sistematik dalam berpikir tajam,
berperasaan, giat dalam berkreasi, toleransi pada yang lain, berkompetensi
dalam mengungkapkan bahasa tulis dan bahasa lisan dan terampil berkreativitas.
Sedangkan Al-Ashfahani mendefiniskan al-tarbiyah dengan proses
menumbuhkan sesuatu secara bertahap yang dilakukan setapak demi setapak sampai
pada batas kesempurnaan.
Pendidikan sering juga diidentikan dengan term
al-ta’lim. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi memberikan pengertian al-ta’lim
lebih khusus dibandingkan dengan al-tarbiyah, karena al-ta’lim
hanya merupakan upaya menyiapkan individu dengan mengacu pada aspek-aspek
tertentu saja, sedangkan al-tarbiyah mencakup keseluruhan aspek-aspek
pendidikan. Sedangkan Muhammad Rasyid Rida memberikan definisi al-ta’lim
dengan proses trasmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa
adanya batasan dan ketentuan tertentu.
Dalam kesempatan lain, pendidikan diidentikan pula
dengan term al-ta’dib. Menurut al-Nuquib term al-ta’dib merupakan term
yang cocok untuk dipergunakan sebagai istilah dalam pendidikan Islam. Hal ini
karena konsep inilah yang sebenarnya diajarkan oleh Nabi SAW. pada umatnya pada
waktu terdahulu.
Adapun pengertian al-ta’dib adalah
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia
tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan
sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan Kekuasaan
dan Keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.
Sedangkan term al-Riyādah hanya khusus
dipakai oleh Imam al-Ghazali, dengan istilahnya “Riyādatu al-şibyān”
artinya pelatihan terhadap individu pada fase anak-anak. Menurut Imam
al-Ghazali, mendidik anak, lebih menekankan aspek afektif dan psikomotoriknya
dibandingkan dengan aspek kognitifnya. Karena jika anak kecil sudah terbiasa
untuk berbuat sesuatu yang postif, masa remajanya atau dewasanya lebih mudah
untuk berkepribadian saleh, dan secara otomatis, pengetahuan yang bersifat
kognitif lebih mudah diperolehnya. Namun sebaliknya, jika dari kecil terbiasa
berbuat naïf, di hari tuanya, anak tersebut sulit membiasakan aktivitas baik
walaupun tingkat keilmuannya sudah memadai. Berdasarkan hal tersebut al-Ghazali
memakai istilah al-Riyādah sebagai istilah alternatif dalam
pendidikan Islam.
Terlepas dari perbedaan istilah pendidikan yang
diidentikan dengan term bahasa Arab yang tepat sebagaimana yang telah dikemukan
di atas, para ahli berbeda pula dalam mendefinisikan pendidikan. Azyumardi Azra
menganggap pendidikan sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan
efisien.[2]
2.
Masyarakat
Hidup dalam masyarakat berarti
adanya interaksi sosial dengan orang-orang disekitar dan demikian mengalami
pengaruh dan mempengaruhi orang lain. Beberapa pengertian yang diberikan oleh
beberapa pakar sosiologi mengenai masyarakat antara lain:
1. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial
dan selalu berubah. (Mac Iver dan Page)
2. Masyarakat adalah kesatuan hidup mahluk-mahluk
manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-istiadat tertentu.
(Koentjaraningrat)
3. Masyarakat adalah tempat orang-orang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan. (Selo Soemardjan dan Soelaiman)[3]
4. Jadi dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah suatu kesatuan hidup manusia dalam suatu kelompok yang
memiliki suatu sistem adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma yang dapat
menghasilkan suatu kebudayaan.
B.
Pendidikan
dan Lingkungan Sosial
1.
Pendidikan berkenaan dengan
perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik.
Kelakuan
manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari
dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir segala sesuatu yang kita
pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain dirumah, sekolah,
tempat permainan, pekerjaan, dan sebagainya. Bahan pelajaran atau isi
pendidikan ditentukan oleh kelompok atau masyarakat seseorang.
2.
Pendidikan bertalian dengan
transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan dan apek-aspek kelakuan
lainnya kepada generasi muda.
Masyarakat
menjamin kelangsungan hidupnya melalui pendidikan. Agar masyarakat itu dapat
melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan
nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk kelakuan lainnya yang
diharapkan akan dimiliki setiap anggota. Tiap masyarakat meneruskan
kebudayaanya dengan beberapa perubahan kepada generasi muda melalui pendidikan,
melalui interaksi sosial.
3.
Pendidikan adalah proses mengajar
dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan masyarakat.
Melalui
pendidikan terbentuklah kepribadian seseorang. Boleh dikatakan hampir seluruh
kelakuan individu bertalian dengan atau dipengaruhi oleh orang lain.[4]
C.
Pendidikan dan Kebudayaan
Setiap bangsa dan setiap individu pada umumnya
menginginkan pendidikan. Bahkan mereka menginginkan pendidikannya sepanjang
hayat. Awalnya banyak tugas pendidikan yang dipegang oleh keluarha. Akan tetapi
lambat laun makin banyak dialihkan ke sekolah seperti persiapan untuk mencari
nafkah, kesehatan, agama dan lainnya. Namun pendidikan formal saja tak dapat
diharapkan menanggung transmisi keseluruhan kebudayaan bangsa. Masyarakat masih
akan tetap memegang fungsi yang penting dalam pendidikan transmisi kebudayaan.
Pendidikan norma-norma, sikap adat-istiadat,
keterampilan sosial dan lain-lain banyak diperoleh dalam keluarga
masing-masing. Proses ini diperoleh anak terutama berkat pengalamannya dalam
pergaulan dengan anggota keluarga, teman-teman sepermainan dan kelompok primer
lainnya, bukan sekolah.
Beberapa fungsi sekolah yang berkaitan dengan
kebudayaan:
1.
Sekolah mentransmisi kebudayaan
Demi kelansungan hidup bangsa dan Negara, kepada
generasi muda disampaikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa itu.
Setiap warga Negara diharapkan menghormati pahlawannya, menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur yang diwariskan nenek moyang dan dengan demikian meresapkan
rasa kesatuan dan persatuan bangsa.
2.
Sekolah merupakan alat
mentransformasi kebudayaan
Sekolah terutama perguruan tinggi diharapkan menambah
pengetahuan dengan mengadakan penemuan-penemuan baru yang dapat membawa
perubahan dalam masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
membawa perubahan yang besar di dunia ini. Ada pun tokoh pendidikan yang
beranggapan bahwa sekolah dapat digunakan untuk menskontruksi masyarakat bahkan
dapat mengontrol perubahan-perubahan itu dengan cara “social engineering”[5]
D.
Pendidikan dan Perubahan Sosial
Kecepatan perubahan sosial dalam berbagai masyarakat berbeda-beda.
Perubahan dalam masyarakat yang terpencil berjalan lambat, akan tetapi bila
dengan terbukanya komunikasi dan transportasi daerah itu berkenalan dengan
dunia modern, maka masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat.
Ada aspek-aspek kebudayaan yang masih tetap dalam
bentuk aslinya dan ada juga adat kebiasaan yang telah mengalami perubahan,
terutama dalam masyarakat modern. Usaha untuk mencegah perubahan tidak selalu
mudah karena sering ada hubungan antara perubahan materill dengan perubahan
kultural. Dibukanya jalan raya ke daerah terpencil, terbukanya desa bagi surat
kabar, radio, TV dan film membawa perubahan dalam berbagai aspek kebudayaan.
Pola hubungan antara manusia seperti pergaulan antara anak dengan orang tua,
hubungan antar-seks, dan sebagainya, sering mengalami perubahan yang sukar
dielakan. Demikian pula pendidikan dan sekolah tak luput dari perubahan, karena
pendidikan senantiasa berfungsi di alam terhadap sistem sosial tempat sekolah
itu berada.
Adapun faktor pendorong perubahan
sosial, menurut beberapa ahli adalah :
1. Menurut Alvin Betrand, awal dari
proses perubahan social adalah komunikasi yaitu penyampaian ide, gagasan,
nilai, kepercayaan, keyakinan dsb, dari satu pihak ke pihak lainnya sehingga
dicapai kata kesepahaman.
2. Menurut
David Mc Clelland, dorongan untuk perubahan adalah adanya hasrat meraih
prestasi ( need for achievement) yang melanda masyarakat
3. Prof. Soerjono Soekanto, Perubahan
sosial disebabkan oleh faktor intern dalam masyarakat itu dan faktor
ekstern.
Faktor Intern antara lain:
a)
Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)
b)
Adanya Penemuan Baru:
·
Discovery : penemuan ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada.
·
Invention : penyempurnaan penemuan baru
·
Innovation/Inovasi : pembaruan atau
penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan masyarakat sehingga menambah,
melengkapi atau mengganti yang telah ada. Penemuan baru didorong oleh :
kesadaran masyarakat akan kekurangan unsure dalam kehidupannya, kualitas ahli
atau anggota masyarakat
·
Konflik yang terjadii dalam
masyarakat
·
Pemberontakan atau revolusi.
Faktor ekstern antara lain:
a) Perubahan
alam
b) Peperangan
c) pengaruh
kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan), akulturasi ( pembauran
antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi
(pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas
budaya lama tidak tampak lagi)
Jadi menurut Soerjono Soekanto factor pendorong
perubahan social adalah:
1)
sikap menghargai hasil karya orang lain
2)
keinginan untuk maju
3)
sistem pendidikan yang maju
4)
toleransi terhadap perubahan
5)
sistem pelapisan yang terbuka
6)
penduduk yang heterogen
7)
ketidak puasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu
8)
orientasi ke masa depan
9)
sikap mudah menerima hal baru.[6]
E. Pendidikan
sebagai Daya Pengubah dan Pembaharuan Masyarakat
1. Pendidikan sebagai daya pengubah
Pendidikan berfungsi untuk
menyampaikan, meneruskan atau menstransmisi kebudayaan, diantaranya nilai-nilai
nenek moyang, kepada generasi muda.[7] Dalam
fungsi ini sekolah itu konservatif dan berusaha mempertahankan status quo demi
kestabilan politik, kesatuan dan persatuan bangsa. Disamping itu sekolah juga
turut mendidik generasi muda agar hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan
yang cepat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan sekolah memegang peranan penting sebagai “agent of change”
untuk membawa perubahan-perubahan social. Akan tetapi dalam norma-norma sosial,
seperti struktur keluarga, agama, filsafat bangsa, sekolah cendrung untuk
mempertahankan yang lama dan dengan demikian mencegah terjadinya perubahan yang
dapat mengancam keutuhan bangsa.
2.
Pendidikan dan Pembaharuan
Masyarakat
Ada para pendidik yang menaruh kepercayaan yang besar
sekali akan kekuasaan pendidikan dalam membentuk masyarakat baru. Karena itu
setiap anak diharapkan memasuki sekolah dan ide-ide baru tentang masyarakat
yang lebih indah daripada yang sudah-sudah. Sekolah dapat menskontruksi atau
mengubah dan membentuk kembali masyarakat baru.
Dalam dunia yang dinamis ini tak dapat tidak setiap
masyarakat akan mengalami perubahan. Tidak turut berubah dan mengikuti
pertukaran zaman akan membahayakan ekstensi masyarakat itu. Tiap pemerintahan
akan mengadakan perubahan yang diinginkan demi kesejahteraan rakyatnya dan
keselamatan bangsa dan negaranya. Dari pada itu diusahakan adanya keseimbangan
antara dinamika dengan stabilitas. Perubahan-perubahan itu antara lain tercemin
dalam perubahan dan pembaharuan kurikulum dan sistem pendidikan. Peralihan dari
zaman colonial ke zaman kemerdakaan memerlukan berbagai perubahan kurikulum
sampai sesuai dengan filsafat bangsa kita.
Masyarakat berfungsi sebagai penerus budaya dari
generasi ke generasi selanjutnya secara dinamis sesuai dengan situasi dan
kondisi serta kebutuhan masyarakat, melalui pendidikan dan interaksi
sosial. Dengan demikian pendidikan dapat diartiakan sebagai proses
sosialisasi sesorang agar dapat beradaptasi dengan norma dan nilai-nilai dalam
masyarakat.
Hidup di dalam masyarakat tidak mudah, karena
terdapat tata aturan yang beraneka ragam sehingga seseorang harus pandai-pandai
menyesuaikan diri dengan aturan yang berkembang di dalam masyarakat. Selain itu
kepentingan individu setiap anggota masyarakat tidak selalu sama, dan
masyarakat itu sendiri selalu mengalami perkembangan-perkembangan dan
perubahan.
Menurut teori sosiologi pendidikan yang dikemukan
Wilbur B. Brookover, bahwa perubahan masyarakat yang disebut social order[8]
terjadi dalam empat fase, yaitu:
1. Pada fase pertama, masyarakat tidak mau mengalami perubahan yang datang,
baik dipaksakan atau datang mempengaruhinya. Semua perubahan yang datang akan
ditolak, karena masyarakat ini berpegang teguh kepada norma yang ada yang
dianggap baik dan melindungi mereka dari bencana. Bagi masyarakat ini perubahan
merupakan faktor yang merusak tatanan kehidupan sosial. Bila terjadi perubahan
justru akan menimbulkan kegoncangan dan konflik dalam masyarakat, sehingga akan
terjadi ketidakstabilan sosial dan ekonomi. Pada kelompok ini pendidikan tidak
bisa berkembang dan bersifat status quo, di mana masyarakat berusaha
mengekalkan tradisi dan keadaan yang sudah ada.
2. Pada tahap kedua, masyarakat mengalami kebimbingan dalam menerima
perubahan. Masyarakat ini hanya menerima perubahan bila tidak bertentangan
dengan kebudayaan mereka. Bahkan jika perubahan yang datang dapat mengkokohkan
budaya mereka, maka budaya dan perubahan itu akan mereka adopsi.
3. Pada tahap ketiga, masyarakat sudah mulai menerima perubahan sosial,
sehingga mereka mempersiapkan generasi penurus mereka melalui pendidikan.
Dengan demikian perubahan yang akan dilakukan telah direncanakan terlebih
dahulu, bahkan dapat dipercepat melalui proses pendidikan. Bagi masyarakat yang
berada pada fase social order ketiga ini peranan pendidikan sangat
penting bagi mereka, karena “education as an agency of change”. Maka
lembaga-lembaga pendidikan akan memberikan berbagai pengalaman kepada peserta
didik dan masyarakatnya, baik ilmu, teknologi maupun keterampilan untuk
menghadapi masa depan.
4. Pada fase keempat, masyarakat telah mengalami kemajuan yang
sangat tinggi, sehingga dikelompokkan ke dalam masyarakat yang sudah established,
yaitu kelompok masyarakat yang sudah mapan dalam bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, sehingga tidak disibukkan
oleh masalah-masalah kecil, seperti kesehatan, penyakit menular, kemiskinan
atau perumahan.
Dari gambaran di atas, tampak bahwa masyarakat betapapun statisnya, cepat
atau lambat pasti mengalami perubahan, walaupun perubahan yang dilalui oleh
masyarakat itu setapak demi setapak. Di dalam menghadapi perubahan atau
kemajuan, generasi penerus atau peserta didik harus dipersiapkan agar mereka
dapat beradaptasi dengan baik, sehinga tidak menjadi generasi yang telat
menyikapi perubahan dan kemajuan. Di sinilah tugas pendidikan untuk
mempersiapkan mereka menjadi orang-orang yang peka terhadap perubahan
Anggota masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Yang bersikap statis, yaitu yang selalu ingin mempertahankan yang sudah
lama. Orang-orang yang semacam ini tidak mau melihat adanya perubahan di dalam
masyarakat tempat hidupnya. Jika ada sesuatu yang baru, selalu saja mereka
ingin menoloknya.
2. Yang menghendaki adanya hal-hal yang baru dan maju. Mereka ini termasuk
orang yang kreatif dan dinamis, yang ingin memajukan cara hidup, ingin
kemakmuran dan kesejahteraan. [9]
Kelompok kedua inilah yang akan menjadi agen
pembangunan masyarakat dan pendorong masyarakat untuk maju. Oleh karena
itu, tugas pendidikanlah untuk mencetak individu anggota masyarakat yang
memiliki kecenderungan untuk maju, berpikir kreatif, dinamis, dan inovatif,
sehingga mereka dapat menjadi agen pembangunan masyarakat bangsanya.
F. Fungsi
dan
Peranan Pendidikan dalam Masyarakat
1. Pengembangan Pendidikan Melalui Pendidikan Secara
Sistemik
Pendekatan sistemik terbadap pengembangan melalui
pendidikan adalah pendekatan dimana masyarakat tradisional sebagai input dan
pendidikan sebagai suatu lembaga pendidikan masyarakat sebagai pelaksana proses
pengembangan dan masyarakat yang dicita-citakan sebagai outputnya yang
dicita-citakan.
Menurut Ki Hajar Dewantoro ada
tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
Dari ketetapan MPR No. 1!/MPR/1988 tentang Garis-garis
Besar Haluan Negara kita mengetahui bahwa pendidikan itu merupakan tanggung
jawab bersama antara orang tua, pemerintah dan masyarakat.
Dari dua penjelasan
tersebut di atas maka bentuk pendidikan dibagi menjadi tiga bentuk yaitu
pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal (Undang-Undang
nomor 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pelaksanaan bentuk pendidikan adalah lembaga pemerintah,
lembaga keluarga, lembaga keagamaan dan lembaga pendidikan lain. Lembaga
keluarga menyelenggarakan pendidikan informal, lembaga pemerintah, lembaga
keagamaan, lembaga pendidikan yang lain menyelenggarakan pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal. Bentuk-bentuk pendidikan nonformal cukup banyak
jenisnya, seperti berbagai macam kursus kcterampilan yang mempersiapkan tenaga
terampil. Seperti kursus menjahit, kursus komputer, kursus montir, kursus
bahasa-bahasa asing dan sebagainya. Bentuk pendidikan formal yang beçjalan ini
terdiri dari empat jenjang yaitu SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Menurut
Undang Undang Nomor : 2/1989, tentang jenjang pendidikan dibagi menjadi tiga
jenjang yaitu Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi.
Pendidikan Dasar terdiri dari Sekolah Dasar dan Sekolab Menengah Tingkat
Pertama.
Proses pendidikan dari tiga bentuk pendidikan itu
dipengaruhi oleh sistem politik dan ekonomi.[10]
Dengan adanya bermacam-macam jenis politik dan bermacam-macam kondisi ekonomi
maka arah proses pendidikan akan bermacam-macam untuk masing-masing bentuk
pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga, pemerintah, lembaga keagamaan
dan lembaga-lembaga non-agama.
2. Peranan dan
Fungsi Pendidikan Dalam Masyarakat
Sebagian besar
masyarakat modern memandang lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci
dalam mencapai tujuan sosial Pemerintah bersama orang tua telah menyediakan
anggaran pendidikan yang diperlukan sceara besar-besaran untuk kemajuan sosial
dan pembangunan bangsa, untuk mempertahankan nilai-nilai tradisional yang
berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti rasa hormat kepada
orang tua, kepada pemimpin kewajiban untuk mematuhi hukum-hukum dan norma-norma
yang berlaku, jiwa patriotisme dan sebagainya. Pendidikan juga diharapkan untuk
memupuk rasa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kemajuan-kemajuan
dan pembangunan politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan. Pendek kata pendidikan
dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan secara tepat dan benar,
sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional.
Berbicara tentang
fungsi dan peranan pendidikan dalam masyarakat adalah:
a. Fungsi Sosialisasi
Di dalam masyarakat
pra industri, generasi baru belajar mengikuti pola perilaku generasi sebelumnya
tidak melalui lembaga-lembaga sekolah seperti sekarang ini. Pada masyarakat pra
industri tersebut anak belajar dengan jalan mengikuti atau melibatkan diri dalam
aktivitas orang-orang yang telah lebih dewasa. Anak-anak mengamati apa yang
mereka lakukan, kemudian menirunya dan anak-anak belajar dengan berbuat atau
melakukan sesuatu sebagaimana dilakukan oleh orang-orang yang telah dewasa.
Dengan semakin
majunya masyarakat, pola budaya menjadi lebih kompleks dan memiliki
diferensiasi antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lain, antara yang
dianut oleh individu yang satu dengan individu yang lain. Dengan perkataan lain
masyarakat tersebut telah mengalami perubahan-perubahan sosial.
Ketentuan-ketentuan untuk berubah ini sebagaimana telah disinggung di
halaman-halaman situs web ini sebelumnya, mengakibatkan terjadinya setiap
transmisi budaya dan satu generasi ke generasi berikutnya selalu menjumpai
permasalahan-permasalahan. Di dalam suatu masyarakat sekolah telah melembaga
demikian kuat, maka sekolah menjadi sangat diperlukan bagi upaya
menciptakan/melahirkan nilai-nilai budaya baru (cultural reproduction).
Dengan berdasarkan
pada proses reproduksi budaya tersebut, upaya mendidik anak-anak untuk
mencintai dan menghormati tatanan lembaga sosial dan tradisi yang sudah mapan
adalah menjadi tugas dari sekolah. Termasuk di dalam lembaga-lembaga sosial
tersebut diantaranya adalah keluarga, lembaga keagamaan, lembaga pemerintahan
dan lembaga-lembaga ekonomi. Di dalam permulaan masa-masa pendidikannya,
merupakan masa yang sangat penting bagi pembentukan dan pengembangan
pengadopsian nilai-nilai ini. Masa-rnasa pembentukan dan pembangunan upaya
pengadopsian ini dilakukan sebelum anak-anak mampu memiliki kemampuan kritik
dan evaluasi secara rasional
b. Fungsi kontrol
sosial
Sekolah sebagai
lembaga yang berfungsi untuk mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanan
sosial serta kontrol sosial mempergunakan program-program asimilasi dan
nilai-nilai subgrup beraneka ragam, ke dalam nilai-nilai yang dominan yang
memiliki dan menjadi pola anutan bagi sebagiai masyarakat.
Sekolah berfungsi
untuk mempersatukan nilai-nilai dan pandangan hidup etnik yang beraneka ragam
menjadi satu pandangan yang dapat diterima seluruh etnik. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa sekolah berfungsi sebagai alat pemersatu dan segala aliran dan
pandangan hidup yang dianut oleh para siswa. Sebagai contoh sekolah di
Indonesia, sekolah harus menanamkan nilai-nilai Pancasila yang dianut oleh
bangsa dan negara Indonesia kepada anak-anak di sekolah.
c. Fungsi pelestarian
budaya masyarakat.
Sekolah di samping
mempunyai tugas untuk mempersatu budaya-budaya etnik yang beraneka ragam juga
harus melestanikan nilai-nilai budaya daerah yang masih layak dipertahankan
seperti bahasa daerah, kesenian daerah, budi pekerti dan suatu upaya
mendayagunakan sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah dan sebagainya.
Fungsi sekolah
berkaitan dengan konservasi nilai-nilai budaya daerah ini ada dua fungsi
sekolah yaitu pertama sekolah digunakan sebagai salah satu lembaga masyarakat untuk
mempertahankan nilai-nilai tradisional masyarakat dari suatu masyarakat pada
suatu daerah tertentu umpama sekolah di Jawa Tengah, digunakan untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa Tengah, sekolah di Jawa Barat untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya Sunda, sekolah di Sumatera Barat untuk
mempertahankan nilai-nilai budaya Minangkabau dan sebagainya dan kedua sekolah
mempunyai tugas untuk mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa dengan
mempersatukan nilai-nilai yang ada yang beragam demi kepentingan nasional.
d. Fungsi seleksi,
latihan dan pengembangan tenaga kerja.
Proses seleksi
terjadi di segala bidang baik mau masuk sekolah maupun mau masuk pada jabatan
tertentu. Untuk masuk sekolah tertentu harus mengikuti ujian tertentu, untuk
masuk suatu jabatan tertentu harus mengikuti testing kecakapan tertentu.
Sebagai contoh untuk dapat masuk pada suatu sekolah menengah tertentu harus
menyerahkan nllai EBTA Murni (NEM).
Sekolah sebagai
lembaga yang berfungsi untuk latihan dan pengembangan tenaga kerja mempunyai
dua hal. Pertama sekolah digunakan untuk menyiapkan tenaga kera profesional
dalam bidang spesialisasi tertentu. Untuk memenuhi ini berbagai bidang studi
dibuka untuk menyiapkan tenaga ahli dan terampil dan berkemampuan yang tinggi
dalam bidangnya. Kedua dapat digunakan untuk memotivasi para pekerja agar
memiliki tanggung jawab terhadap kanier dan pekerjaan yang dipangkunya.
Sekolah mengajarkan
bagaimanan menjadi seorang yang akan memangku jabatan tertentu, patuh terhadap
pimpinan, rasa tanggung jawab akan tugas, disiplin mengerjakan tugas sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan. Sekolah juga mendidik agar seseorang dapat
menghargai harkat dan martabat manusia, memperlakukan manusia sebagai manusia,
dengan memperhatikan segala bakat yang dimilikinya demi keberhasilan dalam
tugasnya.
Sekolah mempunyai
fungsi pengajaran, latihan dan pendidikan. Fungsi pengajaran untuk menyiapkan
tenaga yang cakap dalam bidang keahlian yang ditekuninya. Fungsi latihan untuk
mendapatkan tenaga yang terampil sesuai dengan bidangnya, sedang fungsi
pendidikan untuk menyiapkan seorang pribadi yang baik untuk menjadi seorang
pekerja sesuai dengan bidangnya. Jadi fungsi pendidikan ini merupakan
pengembangan pribadi sosial.
e. Fungsi pendidikan
dan perubahan sosial.
Pendidikan mempunyai
fungsi untuk mengadakan perubahan sosial mempunyai fungsi, sebagai berikut:
1. Reproduksi budaya,
Sekolah berfungsi
sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan
pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada
sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat
pendidikan tinggi.
2. Difusi budaya,
Lembaga-lembaga
pendidikan disamping berfungsi sebagai penghasil nilai-nilai budaya baru juga
berfungsi penghasil nilai-nilai budaya baru juga berfungsi sebagai difusi
budaya (cultural diffission). Kebijaksanaan-kebijaksanaan sosial yang kemudian
diambil tentu berdasarkan pada hasil budaya dan difusi budaya. Sekolah-sekolah
tersebut bukan hanya menyebarkan penemuan-penemuan dan informasi-informasi baru
tetapi juga menanamkan sikap-sikap, nilai-nilai dan pandangan hidup baru yang
semuanya itu dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memberikan dorongan
bagi terjadinya perubahan sosial yang berkelanjutan
3. Mengembangkan analisis kultural terhadap
kelembagaan-kelembagaan tradisional,
4. Melakukan perubahan-perubahan atau modifikasi tingkat
ekonomi sosial tradisional,
5. Melakukan perubahan-perubahan yang lebih mendasar
terhadap institusi-institusi
tradisional yang telah ketinggalan.
f. Fungsi Sekolah
dalam Masyarakat
DI muka telah
dibicarakan tentang adanya tiga bentuk pendidikan yaitu pendidikan formal,
pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal disebut juga
sekolah. Oleh karena itu sekolah bukan satu-satunya lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan tetapi masih ada lembaga-lembaga lain yang juga
menyelenggarakan pendidikan. Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan mempunyai
dua fungsi yaitu:
1. Sebagai partner
masyarakat
Sekolah sebagai
partner masyarakat akan dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di dalam
lingkungan masyarakat. Pengalarnan pada berbagai kelompok masyarakat, jenis
bacaan, tontonan serta aktivitas-aktivitas lainnya dalam masyarakat dapat
mempengaruhi fungsi pendidikan yang dimainkan oleh sekolah. Sekolah juga
berkepentingan terhadap perubahan lingkungan seseorang di dalam masyarakat.
Perubahan lingkungan itu antara lain dapat dilakukan melalui fungsi layanan
bimbingan, penyediaan forum komunikasi antara sekolah dengan lembaga sosial
lain dalam masyarakat. Sebaliknya partisipasi sadar seseorang untuk selalu
belajar dari lingkungan masyarakat, sedikit banyak juga dipengaruhi oleh
tugas-tugas belajar serta pengarahan belajar yang dilaksanakan di sekolah.
Fungsi sekolah
sebagai partner masyarakat akan dipengaruhi pula oleh sedikit banyaknya serta
fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat. Kekayaan
sumber belajar dalam masyarakat seperti adanya orang-orang sumber,
perpustakaan, museum, surat kabar, majalah dan sebagainya dapat digunakan oleh
sekolah dalam menunaikan fungsi pendidikan.
2. Sebagai penghasil
tenaga kerja.
Sebagai produser
kebutuhan pendidikan masyarakat sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan
rasional di antara keduanya. Pertama, adanya kesesuaian antara fungsi
pendidikan yang dimainkan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
Kedua, ketepatan sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh lembaga
persekolahan akan ditentukan pula o!eh kejelasan perumusan kontrak antara
sekolah selaku pelayan dengan masyarakat selaku pemesan. Ketiga, keberhasilan
penunaian fungsi sekolah sebagai layanan pesanan masyarakat sebagian akan
dipengaruhi oleh ikatan objektif di antara keduanya.[11]
Dengan demikian, pendidikan memiliki peran dan fungsi yang sangat urgen
bagi kemajuan dan perkembangan masyarakat.
Menurut Jeanne H. Ballantine, fungsi pendidikan dalam masyarakat ada
4, yaitu:
1.
Socialization: learning to be productive members of society and the passing
on of culture.
2.
Selecting, training, and placement of individuals in society.
3.
Change and innovation.
4.
Social and personal development.
Merton and Hunt membagi fungsi institusi pendidikan
menjadi 2, yaitu fungsi manifest dan fungsi laten. Fungsi manifest institusi
mendidikan antara lain: mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah,
mengembangkan bakat perorangan demi kepuasan pribadi maupun bagi kepentingan
masyarakat, melestarikan kebudayaan, menanamkan keterampilan yang perlu bagi
partisipasi dalam demokrasi. Sedangkan fungsi laten institusi pendidikan antara
lain adalah pemupukan keremajaan, pengurangan pengendalian orang tua,
penyediaan sarana untuk pembangkangan, dan dipertahankannya sistem kelas sosial.[12]
PENUTUP
Dari
pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa masyarakat
adalahsuatukesatuanhidupmanusiadalamsuatukelompok yang memiliki suatu
sistem adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma yang dapat menghasilkan suatu kebudayaan.
Pendidikan
berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak didik. Hal ini dapat
terjadi karena lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi kepribadian peserta
didik itu sendiri. Selain itu hal yang juga dapat mempengaruhi perkembangan peserta
didik adalah kebudayaan. Dari kebudayaan dapat timbul berbagai pengaruh
terutama dalam segi sosial.
Kecepatan
perubahan sosial dalam berbagai masyarakat berbeda-beda. Perubahan dalam
masyarakat yang terpencil berjalan lambat, akan tetapi bila dengan terbukanya
komunikasi dan transportasi daerah itu berkenalan dengan dunia modern, maka
masyarakat ini akan berkembang dengan lebih cepat.
2.
Saran
Semoga
dengan makalah ini kita sebagai calon pendidik nantinya dapat mengambil inti
sari dari pembahasan diatas, agar kita dapat memaknai hal-hal yang dapat
mempengaruhi pendidikan. Agar nantinya kita dapat mengantisipasi hal-hal yang
nantinya bisa terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati Muhammad, 1988
Brookover,
Wilbur B. Sociological Education. New York: American Book Company.
1995.
Gunawan, Ari. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010
Katamto Sunarto, Pengantar
Sosiologi_________,
Sahabudin, Tinjauan Umum tentang Sosiologi
Pendidikan, http://smpbr.blogspot.com/2010/11/tinjauan-umum-tentang-sosiologi.html, di akses pada 15 Desember 2013.
http://ahyadi09.blogspot.com/2012/03/pendidikan-dan-masyarakat-dasar-dasar.html
[1]Ary H Gunawan, Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 54.
[2] Sahabudin, Tinjauan Umum tentang Sosiologi
Pendidikan, http://smpbr.blogspot.com/2010/11/tinjauan-umum-tentang-sosiologi.html, di akses pada 15 Desember 2013.
[3]S. Nasution, Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) hal. 60
[4]Ibid, hal. 10.
[5]Ibid, hal. 13.
[6]http://wikan2004.multiply.com/journal/item/2/Ringkasan_Materi_Perubahan_Sosial_Budaya
[7]Ibid, hal 21.
saya suka
BalasHapus