FILSAFAT ESTETIKA MUHAMMAD IQBAL
MAKALAH
Disusun
guna memenuhi tugas:
Dosen pengampu :
Oleh:
1.
Sobakha Nurul Khusna (2021111222)
2.
Laila Zulfa (2021111238)
3.
Miftakhul Janah (2021111000)
4.
Slamet Rohadi (2021111248)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012
Pendahuluan
Dalam risalah tentang filsafat estetika M.Iqbal ini, kami sedikit
mebahas pemikiran-pemikiran filosofisnya yang berkaitan dengan keindahan, seni,
dan kreatifitas. Untuk menampilkan filsafatnya dalam kaitannya dengan Al-Qur’an
dan pemikiran religiusnya dalam islam, dibutuhkan perlakuan tersendiri,dan hal itu
bisa dilakukan dengan benar hanya setelah pemikiran metafisika Iqbal dijelaskan
dan dipahami lewat ide-ide filosofisnya sendiri.
Dalam makalah ini
selain membahas mengenai pemikiran-pemikirannya mengenai keindan, seni dan
kreatifitas. Juga terdapat sedikit gambaran realita kehidupan atas
pemikirannya, begitu juga fungsi-fungsi seni.
Pembahasan
FILSAFAT ESTETIKA MUHAMMAD IQBAL
Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 22
februari 1873 di Sialkot Punjab dari keluarga yang nenek moyangnya berasal dari
lembah Kashmir. Setelah menamatkan sekolah dasar di kampong kelahirannya pada
tahun 1895 ia segera melanjutkan pelajarannya di Lahore. Ia telah mendapat
binaan dan gemblengan dengan jiwa muda yang berhati baja oleh Maulana Mir Hasan
seorang militan kawakan teman ayahnya. 330
Ulama ini
memberikan dorongan dan semangat yang mewarnai dan mendasari jiwa Iqbal dengan
ruh agama yang senantiasa bersemayam dalam jiwanya, menggelora dalam hati anak
muda, menentukan gerakan dan langkah, tujuan dan arah. Keberhasilan ulama
tersebut dalam membinanya membawa kesan yang mendalam di hati Iqbal.
Seorang orientalis
kenamaan Sir Thomas W. Arnold yang memiliki pandangan yang lain terhadap islam
adalah termasuk pula gurunya. Ia melihat akan kecerdasan Iqbal dan menyarankan
agar Iqbal sudi melanjutkan studinya ke Eropa. Saran tersebut dilaksanakan
sehingga pada tahun 1905 Iqbal melanjutkan studinya di fakultas Hukum
Universitas Cambridge Inggris hingga kemudian memperoleh gelar kesarjanaan
dalam ilmu tersebut.
Tertarik akan ilmu
filsafat, Ia juga sempat mengenyam tingkat doctoral dalam filsafat modern pada
Universitas Munich di Jerman dengan desertasi The Development of Metaphysics
in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia) dengan nilai yang sangat
memuaskan.[1]
Pemikiran M. Iqbal mengenai ekspresi kreatif seni
Dalam pandangan Iqbal, kemauan adalah sumber utama dalam seni.
Sehingga seluruh isi seni adalah sensasi, perasaan, sentiment, ide-ide dan
ideal-ideal harus muncul dari sumber ini. Karena itu, seni tidak sekedar
gagasan intelektual atau bentuk-bentuk estetika melainkan pemikiran yang lahir
atas dasar dan penuh kandungan emosi
sehingga mampu menggetarkan manusia.
Seni yang tidak
demikian tidak lebih dari api yang telah padam. Karena itu Iqbal memberi
criteria tertentu pada karya seni ini :
Pertama,
seni harus merupakan karya kreatif sang seniman, sehingga karya seni merupakan
buatan manusia dalam citra ciptaan manusia. Ini sesuai dengan pandangan Iqbal
tentang hidup dan kehidupan. Menurutnya, hakekat hidup adalah kreativitas
karena dengan sifat-sifat itulah Tuhan sebagai sang Maha Hidup mencipta dan
menggerakkan semesta.
Dalam pandangan
Iqbal, dunia bukan sesuatu yang hanya perlu dilihat atau dikenal lewat
konsep-konsep tetapi sesuatu yangharus dibentuk dan dibentuk lagi lewat
tindakan-tindakan nyata. Dalam pemikiran filsafat, gagasan seni Iqbal tersebut
disebut sebagai estetika vitalisme, yakni bahwa seni dan keindahan
merupakan ekspresi ego dalam kerangka prinsip-prinsip universal dari suatu
dorongan hidup yang berdenyut dibalik kehidupan sehingga harus juga memberikan
kehidupan baru atau memberikan semangat hidup bagi lingkungannya, atau bahkan
mampu memberikan “hal baru” bagi kehidupan.
Dalam syairnya,
Iqbal menyatakan :
Tuhan menciptkan dunia dan manusia membuatnyalebih indah. Apakah
manusia ditaqdirkan untuk menjadi saingan Tuhan? Kau ciptakan malam, aku
ciptakan lentera. Kau ciptakan lempung, aku ciptakan cawan. Kau ciptakan padang
pasir, gunung, dan rimba, aku ciptakan kebun, taman dan hutan buatan. Akulah
yang membuat batu menjadi cermin.akulah yang merubah racun menjdi obat.
Kebesaran manusia terletak pada daya ciptanya. Bulan dan bintang hanya
mengulang kewajiban yang ditetapkan atasnya.
Kedua, kreatifitas
tersebut bukan sekedar membuat sesuatu tetapi harus benar-benar menguraikan
jati diri sang seniman, sehingga karyanya bukan merupakan tiruan dari yang lain
(imitasi), dari karya seni sebelumnya maupun dari alam semesta. Bagi Iqbal,
manusia adalah pencipta bukan peniru, dan pemburu bukan mangsa, sehingga hasil
karya seninya harus menciptakan ‘apa yang seharusnya’ dan ‘apa yang belum ada’,
bukan sekedar menggambarkan ‘apa yang ada’.[2]
Alam semesta
adalah bagian dari sifat sebuah kehendak kreatif yang bebas. Kehendak merupakan
dasar dari semua realitas. Ia pecah dan menggelembung dalam fenomena. Ia
mewujudkan dirinya dalam segala realitas. Tak ada kekuatan dan dorongan dari
belakang kehendak. Ia tidak tunduk pada hokum kekuatan apapun, karena kalau
demikian ia menjadi tidak kreatif sama sekali.[3]
Fungsi – fungsi seni M.Iqbal
M. Iqbal
memberikan rambu-rambu tertentu yang musti dicapai dalam seni.
Pertama,
seni harus menciptakan kerinduan pada hidup abadi, karena tujuan utama seni
adalah hidup itusendiri. Sehingga seni bisa meneruskan tujuan Tuhan,
sebagaimana Jibril menyampaikan berita Hari Pembalasan. Seni adalah sarana yang
sangat berharga bagi prestasi kehidupan agar tetap hijau dan memberi petunjuk
kehidupan abadi pada kemanusiaan.
Kedua,
pembinaan manusia. Seniman harus memompakan semangat kejantanan dan keberanian
ke dalam hati orang danmenciptakan kerinduan ke dalam hati manusian tentang
tujuan-tujuan baru dan ideal.
Ketiga,
membuat kemajuan social. Seorang seniman menurut Iqbal adalah mata bangsa,
bahkan ia adalah nurani terdalam suatu bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar